Kurs Rupiah Terhadap Dolar AS Menguat Rp16.165, Bank Indonesia Berpotensi Menaikan Suku Bunga

- 24 April 2024, 10:30 WIB
Ilustrasi rupiah dan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang melemah.
Ilustrasi rupiah dan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang melemah. /ANTARA/Reno Esnir/

PR TASIKMALAYA - Nilai tukar atau kurs mata uang rupiah terhadap dolar AS mengalami kenaikan pada perdagangan pagi hari ini, Rabu, 24 April 2024.

Berdasarkan data yang dilaporkan antarbank di Jakarta bahwa kurs rupiah naik 55 poin atau 0,34 persen menjadi Rp16.165 per dolar AS.

Kenaikan rupiah ini terjadi dari penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di level Rp16.220 per dolar AS.

Dilansir dari ANTARA, Chief Economist PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yaitu Andry Asmoro menyampaikan bahwa saat ini terdapat ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan tingkat suku bunga acuannya.

Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat Setelah Sebelumnya Terjadi Inflasi pada Februari 2024, Analis Mata Uang Beberkan Hal Ini

Langkah ini diambil demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Menurut Andry konsensus memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan oleh BI pada tahun ini.

Hal ini sejalan dengan menguatnya dolar AS terhadap mata uang lain termasuk rupiah.
Selain itu ekspektasi terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed juga menurun.

"Walaupun ruang naiknya ada, BI mungkin masih berpikir untuk hold dulu.
Walaupun rupiah tembus Rp16.500 per dolar AS dan outflow juga masih terus terjadi," ujar Andry di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta.

Salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah kemungkinan adanya kenaikan harga komoditas terutama minyak mentah akibat konflik di Timur Tengah.

Hal ini dapat menyebabkan kenaikan tingkat inflasi di berbagai negara.

Dengan kenaikan tingkat inflasi, berbagai bank sentral dunia termasuk The Fed, berpotensi tetap menerapkan tingkat suku bunga yang tinggi.

Baca Juga: Meningkatnya Kurs Rupiah di Indonesia, Jokowi: Bidang Keuangan Harus Direformasi

Situasi ini dikenal dengan sebutan "higher for longer".

"Kan higher for longer Otomatis potensi untuk ekspektasi pertumbuhan ekonominya jadi terbatas karena inflasi cost of borrowingnya jadi tetap mahal Itu kan implikasinya," jelas Andry.

Andry juga menyoroti bahwa pertumbuhan ekonomi nasional masih cukup stabil saat ini. Produk Domestik Bruto (PDB) masih tumbuh di level 5,1 persen.

Pertumbuhan ini didorong oleh peran sektor perbankan, dengan pertumbuhan kredit mencapai 9 persen year on year (yoy) dan rasio kredit terhadap deposito (LDR) yang bertahan di level 92 persen.

"Kredit sektor perbankan naik 8 persen (yoy) tahun lalu sementara deposito tumbuh 6 persen (yoy). Penurunan rasio kredit bermasalah dari 2,9 persen menjadi 2,5 persen juga menunjukkan peningkatan dalam kualitas aset memperkuat fungsi sektor perbankan sebagai pilar utama ekonomi dan pasar modal di Indonesia," tambahnya.***

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah