Bayang-bayang Resesi di Indonesia Semakin Nyata, 170 Negara di Seluruh Dunia Alami Kontraksi PDB

24 September 2020, 15:55 WIB
ILUSTRASI Resesi.* /pikiran-rakyat

PR TASIKMALAYA - Kebijakan PSBB guna mengurangi penyebaran Covid-19 berdampak pada menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat saat ini.

Indikasi ini dapat terlihat dari pertumbuhan PDB negatif 5,32 persen pada kuartal II 2020.

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah memperkirakan ekonomi Indonesia menuju ambang resesi pada kuartal III-2020 dengan pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB) dalam rentang minus 3,6 sampai minus 2,9 persen.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) BKF Kemenkeu, Hidayat Amir menyatakan, dampak yang paling terasa dari resesi ekonomi yakni daya konsumsi yang berkurang.

Baca Juga: Waspadai Tiga Tanda Rembesan Air di Rumah Menjelang Musim Hujan

Dia pun mengibaratkan, laju ekonomi saat ini seperti berada di Jalan Tol yang penuh hambatan, sehingga laju perekonomian tidak berjalan maksimal.

"Daya konsumsinya yang berkurang, biasanya travelling ini tidak," kata Amir dalam dialog kepada PRO-3 RRI, Kamis, 24 September 2020.

Kendati demikian, Amir mengungkapkan, dari situasi resesi ekonomi ini, ada masyarakat yang memang daya konsumsinya hilang.

Namun, pemerintah telah mengeluarkan Kebijakan bantuan langsung tunai untuk menekan laju resesi tersebut.

Baca Juga: Berikut ini 5 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Pancaroba

Lebih jauh, dia mengaku, pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat membaik pada periode Juni 2020 setelah ada kebijakan pelonggaran. Tetapi, setelah itu ekonomi bergerak lambat kembali.

"Nilai ekonomi berkurang, pasti itu mengecil dan tumbuhnya negatif," tukasnya.

Bahkan Amir menyebut, dampak pandemi ini telah mengubah arah ekonomi global secara drastis dari optimisme perbaikan menjadi resesi.

"World Bank memperkirakan sebanyak 170 negara akan mengalami kontraksi PDB di tahun 2020,” ujarnya, dikutip dari situs RRI. 

Baca Juga: Berikut ini 5 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Pancaroba

Politisi PDI-Perjuangan yang kini menjabat sebagai Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah sebelumnya telah memaparkan beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan negatif paling dalam diantaranya, angkutan udara minus 77,24 persen, angkutan rel minus 59,11 persen, penyediaan akomodasi minus 42,25 persen, industri angkutan minus 37,54 persen pergudangan dan jasa penunjang angkutan minus 34,88 persen, perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasi minus 30,60 persen.

"Terdapat juga beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan yang baik, diantaranya tanaman pangan 34,77 persen, tanaman perkebunan 23,46 persen, pertambangan biji logam 20,33 persen, jasa pertanian dan perburuhan 11,23 persen," pungkasnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler