Bahas Ekonomi dan Keuangan Syariah, Gubernur BI Berharap Indonesia jadi 'Player' Dunia

30 November 2020, 11:31 WIB
GUBERNUR Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil rapat dewan gubernur BI bulan Januari 2020 di Jakarta, Kamis, 23 Januari 2020. Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan tingkat bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar lima persen. * /Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO/

PR TASIKMALAYA – Indonesia diharapkan bisa menjadi pemain dunia dalam bidang ekonomi dan keuangan syariah.

Harapan tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo dalam Webinar Percepatan Pengembangan Pasar Modal Syariah pada Senin, 30 November 2020.

“Pemerintah dan kita semua menginginkan bagaimana Indonesia menjadi player di dunia dalam ekonomi keuangan syariah,” ujar Perry Warjiyo dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara.

Baca Juga: Minta Pemerintah Tanggapi Video Pengajian Abuya, Fadli Zon: Jangan Cari Kesalahan Habib Rizieq

Sebagai upaya itu, saat ini Indonesia telah memperluas cakupannya seperti ke pasar modal, mobilisasi zakat dan wakaf produkti.

Menurutnya, pengembangakan ekonomi dan keuangan syariah tidak hanya berfokus pada perbankan saja seperti yang telah dilakukan sejak 2015.

“Upaya kita sejak 2015 mengembangkan perbankan keuangan syariah, ekonomi syariah, dan terus melakukan edukasi dan literasi,” ucap Perry.

Baca Juga: Colek Anies soal Aliran Dana Formula E, Ferdinand Hutahaean: Rakyat Tak Butuh Tetes Mata

Ia juga menambahkan bahwa Pemerintah, BI, dan dunia usaha telah membentuk rantai pasokan halal untuk meningkatkan ekonomi syariah.

Termasuk juga melakukan edukasi dan literasi melalui kampanye dalam acara yang telah diselenggarakan oleh BI beberapa waktu yang lalu.

Ekonomi dan keuangan syariah menurutnya merupakan suatu tren baru dalam pendekatan model bisnis ekonomi dan keuangan.

Baca Juga: Jelang Hari Pelantikan, Joe Biden Dilaporkan Alami Masalah Kesehatan

Menurutnya, ekonomi dan keuangan syariah tidaklah terkait dengan persoalan agama.

Hal itu dia contohkan dengan negara Tiongkok yang mayoritas non-muslim menjadi eksportir pakaian muslim terbesar di dunia.

Selain itu, ada Korea Selatan sebagai produsen kosmetik halal terbesar dan menjadi tujuan wisata halal.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Mengganggu FPI dan Ulama akan Berhadapan dengan Keluarga Cendana?

Jepang juga menjadi salah satu negara non-muslim yang menjadi pusat industri halal dan pariwisata.

Serta di kawasan Asia Tenggara ada Thailand yang mempunyai visi dapur halal dunia.

Indonesia sendiri beberapa industri halalnya telah masuk sepuluh besar seperti, makanan halal yang masuk urutan keempat.

Baca Juga: Kasus Harian Covid-19 Capai Rekor Baru, Musni Umar: yang Diributin HRS

Selain itu, fesyen Indonesia berada di urutan ketiga setelah Uni Emirat Arab dan Turki.

Adapun di bidang lain seperti, Industri farmakosmetika, pariwisata, dan keuangan masih di urutan keenam. Hal itu berdasarkan laporan State of Global Islamic 2020-2021.

Melihat peluang tersebut, sebelumnya pemerintah telah membentuk Komite Nasional Ekonomi Keuangan Syariah (KNEKS).***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler