Hoaks atau Fakta: Benarkah Kasus Bunuh Diri di Dunia Naik 200 Persen Sejak Lockdown?

- 24 November 2020, 06:58 WIB
Ilustrasi gantung diri.
Ilustrasi gantung diri. /Pixabay/Servicelinket/

PR TASIKMALAYA – Ibu Kim Kardashian, Kris Jenner mengunggah postingan yang berisi data bahwa angka bunuh diri meningkat 200 persen sejak adanya lockdown.

Unggahan tersebut, bahkan telah disukai 138 ribu pengguna Instagram, dan mendapatkan 1.372 komentar warganet.

“Angka bunuh diri naik 200 persen sejak lockdown. Bisakah 2 teman melakukan screenshot dan membagikannya? Kami mencoba menunjukkan bahwa seseorang akan mendengarkan. Hubungi 1-800-273-8255 (Hotline AS),” tulisnya di akun Instagram pribadinya @krisjenner seperti yang dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari ANTARA.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya Hari Ini, Selasa, 24 November 2020: Hujan Ringan di Sore Hari

Lantas, apakah memang benar kasus bunuh diri meningkat 200 persen ketika lockdown diterapkan?

Penjelasan:

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh The BMJ (jurnal yang berfokus kepada studi kesehatan) menyatakan bahwa, tren bunuh diri selama pandemic Covid-19 per tanggal 12 November 2020 terjadi peningkatan.

Kenaikan bunuh diri mencapai 145 persen sejak Covid-19 yang terjadi di dunia. Data tersebut didapatkan berdasarkan sebuah studi terkait bunuh diri yang dilaporkan secara global.

Baca Juga: Pembahasan Fatwa Kehalalan Vaksin Covid-19 jadi Agenda Utama Munas MUI 2020

Namun, anggapan kenaikan bunuh diri sejak lockdown ternyata tidak tepat.

Pasalnya, berdasarkan laporan angka bunuh diri di negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, Norwegia, dan Jepang angkanya cenderung stagnan.

Awal terjadinya pandemi yang terjadi di berbagai negara, tidak tercatat adanya peningkatan bunuh diri di negara Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.

Bahkan, terjadi angka penurunan di Norwegia dan Jepang.

Baca Juga: Tolak Rapid Tes, Wagub DKI Jakarta Ingatkan soal Sanksi Denda Rp 5 Juta

Menariknya, justru di negara berpenghasilan rendah yang berpeluang terjadi peningkatan bunuh diri seperti di Peru, angka bunuh diri justru menurun.

Rajeev Ramchand selaku penasehat senior Epidemiologi Psikiatri dan Pencegahan Bunuh Diri dari The National Institute og Mental Health AS menjelaskan, belum ada data nasional AS yang merangkum jumlah kematian akibat bunuh diri, keinginan bunuh diri, atau jumlah orang yang bunuh diri selama pandemi Covid-19.

Selain itu, Rajeev menjelaskan bahwa dibutuhkan waktu yang lama untuk menghitung angka kematian yang disebabkan oleh bunuh diri.

Baca Juga: Bagikan Cerita Kunjungi Gedung Putih, Luhut Ungkap Kedekatan dengan Menantu Donald Trump

Data lainnya, yaitu data dari WHO Global Health Estimates angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia tahun 2016 sebesar 3,4 per 100.000 penduduk.

Lebih lanjut, rincian data yaitu 4,8 per 100.1000 penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dengan angka 92,0 per 100.000 penduduk.

WHO memprediksi, tahun 2020 angka bunuh diri di Indonesia menjadi 2,4 per 100.000 jiwa, serta diperkirakan jumlah kematian akibat bunuh diri di Indonesia berkisar 1.800 kasus per tahun.

Baca Juga: Member EXO Pertama yang Jalani Wamil, Xiumin akan Akhiri Wamil pada Desember

Data tersebut diperoleh dari Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat yang dipublikasikan pada September 2020.

Klaim: kasus bunuh diri meningkat 200 persen sejak lockdown

Rating: salah/misinformasi.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah