Perusahaan Facebook Dinilai Abaikan Bias Rasial, Mantan Staf: Mereka Gagal dan Lukai Banyak Orang

- 26 Juli 2020, 10:00 WIB
Logo facebook / Reutters
Logo facebook / Reutters /

PR TASIKMALAYA - Mantan karyawan Facebook menuduh perusahaan raksasa teknologi Facebook mengabaikan penelitian bias ras pada pertengahan 2019.

Hal itu berkaitan dengan sistem penghapusan otomatis Instagram, dan pihak perusahaan mengatakan kepada karyawan untuk merahasiakan temuan itu.

Pada pertengahan 2019, para peneliti untuk Instagram milik Facebook melakukan sebuah penelitian.

Baca Juga: Klaim Kucingnya Unik dan Berbeda, Mertua Raffi Ahmad Berani Menggantinya dengan Mobil Uya Kuya

Dan mereka menemukan bahwa akun milik orang kulit hitam 50 persen lebih mungkin dinonaktifkan akunnya oleh sistem moderasi baru daripada orang kulit putih.

Sistem baru, yang dirancang untuk menghapus akun bermasalah dan intimidasi, diperkenalkan ke aplikasi berbagi foto itu pada tahun 2019.

Laporan ini datang dari dua staf di perusahaan Facebook yang salah satunya kini sudah berhenti bekerja.

Setelah membawa keluhan kepada atasan mereka, karyawan diperintahkan untuk berhenti meneliti bias rasial dalam sistem tersebut.

Baca Juga: Masih Percayai Anaknya Meninggal Karena Dibunuh, Ibu dari Editor Metro TV Ungkap Semua Kejanggalan

Diduga mereka melakukan hal itu untuk menghindari pembahasan dengan rekan-rekan mereka tentang kekurangan dalam sistem itu.

Lebih dari enam karyawan saat ini dan mantan karyawan mengonfirmasi bahwa perusahaan telah mengabaikan bukti bias ras yang muncul.

Menampik hal itu, Wakil Presiden Facebook untuk pertumbuhan dan analisis Alex Schultz mengatakan kepada NBC bahwa perusahaan itu tidak 'mengabaikan penelitian'.

"Dalam kasus khusus ini, kami telah menetapkan standar tambahan untuk memastikan kami mendekati pekerjaan menganalisis bias dengan cara yang ketat dan etis," kata Shultz kepada The Hill dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Tak Kenal Takut, Nenek 82 Tahun asal Jepang Nekat Tangkis Seekor Beruang Hitam

"Akan ada orang yang kesal dengan kecepatan kita mengambil tindakan," tambah Schultz, dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Daily Mail.

Menurut The Hill, Schultz menambahkan bahwa perusahaan telah meningkatkan investasi dalam memahami kebencian dan bias dalam algoritma mereka. Dia tidak mengatakan berapa investasinya.

Sementara Juru bicara Facebook Carolyn Glanville mengatakan bahwa mereka secara aktif menyelidiki bagaimana mengukur dan menganalisis produk internet terkait ras dan garis etnis secara bertanggung jawab dan dalam kemitraan dengan perusahaan lain.

Baca Juga: Usai Berbagai Dugaan, Polisi Ungkap Soal Penyakit HIV Dalam Kasus Tewasnya Yodi Prabowo

CEO Facebook, Mark Zuckerberg dalam hal ini menjadi target kebencian di platform Facebook.

Sementara, mantan karyawan merasa perusahaan itu 'gagal' dan 'melukai orang', menyangkut soal Ras.

Pada awal bulan ini, insinyur perangkat lunak yang berbasis di Boston Max Wang meninggalkan perusahaan.

Tetapi sebelumnya ia mengunggah video ke sistem pesan internal Facebook untuk mengutuk praktik yang dilihatnya selama tujuh tahun masa tugasnya itu.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x