PR TASIKMALAYA - Facebook berencana untuk mengubah nama perusahaannya sebagai bagian dari rebranding yang diharapkan akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.
Perubahan nama dari perusahaan Facebook itu akan berfokus pada metaverse, dunia virtual tempat pengguna dapat hidup, bekerja dan bermain.
CEO Facebook Mark Zuckerberg, dilaporkan merencanakan peluncuran resmi pada Kamis depan di Connect, konferensi realitas virtual tahunan perusahaan.
Rebranding kemungkinan akan memposisikan aplikasi media sosial Facebook sebagai salah satu dari banyak produk di bawah perusahaan induk.
Perusahaan induk itu juga akan mengawasi grup seperti Instagram, WhatsApp, Oculus dan lainnya.
Dikutip Pikiran-Rakyat-Tasikmalaya.com dari The Sun, Facebook tidak segera menanggapi permintaan untuk memberikan komentar.
Hal ini mengikuti pengawasan ketat selama berminggu-minggu, dari regulator dan anggota parlemen atas praktik bisnis Facebook.
Kemudian, konsep metaverse dengan cepat menjadi kata kunci dalam teknologi dan bisnis.
Ini umumnya mengacu pada lingkungan dunia maya bersama yang dapat diakses orang melalui internet.
Istilah itu dapat merujuk pada ruang digital yang dibuat lebih hidup, dengan penggunaan virtual reality (VR) atau augmented reality (AR).
Beberapa orang juga menggunakan kata metaverse untuk menggambarkan dunia game, di mana pengguna memiliki karakter yang dapat berjalan-jalan dan berinteraksi dengan pemain lainnya.
Ada juga jenis metaverse tertentu, yang menggunakan teknologi blockchain.
Baca Juga: Buntut Panjang Permasalahan Skandalnya, Kim Seon Ho Resmi ke Luar dari Program '2 Days 1 Night'
Dalam hal ini pengguna dapat membeli tanah virtual dan aset digital lainnya menggunakan cryptocurrency.
Banyak buku dan film fiksi ilmiah berlatar metaverse yang lengkap, dunia digital alternatif yang tidak dapat dibedakan dari dunia fisik nyata.
Saat ini sebagian besar ruang virtual lebih terlihat seperti bagian dalam video game daripada kehidupan nyata.
Baca Juga: Teuku Ryan Menangis Usai Ditolak Pertama Kali, Ria Ricis: Aku Bangga...
Perusahaan itu dilanda pemadaman besar yang membuat layanannya, termasuk WhatsApp dan Instagram yang mengalami offline selama tujuh jam.
Seolah itu belum cukup, rangkaian platformnya mengalami masalah kembali empat hari kemudian.
Pemadaman tersebut menghidupkan kembali seruan dari politisi dan anggota parlemen untuk membubarkan perusahaan teknologi yang berbasis di California tersebut.***