PR TASIKMALAYA - Buntut pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron, Pemerintah Aceh memutuskan untuk menunda kerjsama dengan Institut Francias d'Indonesie.
Hal itu didasarkan atas ungkapan Macron soal terorisme yang dinilai mendiskreditkan umat Islam, ia pun mendapatkan kecaman hampir di seluruh penjuru dunia.
“Penundaan kerja sama ini sebagai sikap protes, bentuk keberatan pemerintah bersama seluruh masyarakat Aceh kepada Pemerintah Prancis yang telah mendiskreditkan Islam,” kata Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara.
Baca Juga: Lebih Cepat dari Perpres, Presiden Jokowi Sudah Tandatangani UU Cipta Kerja
Nova mengatakan bahwa sikap Presiden Prancis telah melukai umat Islam di seluruh Dunia. Hal itu disebabkan karena mengatakan Islam sebagai agama yang mengalami krisis di dunia.
Macron juga bahkan tak melarang majalah Charlie Hebdo yang menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad SAW dengan dalih kebebasan berpendapat.
Namun, sikap Macron tidak dapat dibenarkan dan telah melukai hati hampir dua miliar lebih umat Islam di seluruh dunia.
Baca Juga: Setelah Megawati, Kini Giliran Puan Ungkap Peran Generasi Z bagi Bangsa Indonesia
“Pemerintah Aceh mengecam keras atas pernyataan dan sikap Macron. Kami minta Presiden Prancis dapat mencabut pernyataannya dan meminta maaf kepada umat muslim di seluruh Dunia,” ungkapnya.
Kerja sama yang bakal ditandatangani antara Pemerintah Aceh dan Institut Prancis tersebut terkait pendidikan dan budaya milik Prancis di Kedutaan Besar Prancis di Jakarta.