"Sifatnya itu bicara data, banyak statistik, kemudian memprediksi. Aktuaria banyak digunakan untuk asesmen asurasi, dan sebagainya,” tutur Budi Prasetyo seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com dari situs resmi Kemendikbud RI.
Semenjak ada keputusan pemerintah yang mewajibkan setiap perusahaan asuransi mempunyai minimal seorang aktuaris, kebutuhan akan lulusan aktuaria melonjak.
Salah satu penyebab sulitnya mendapat tenaga aktuaria untuk asuransi karena banyaknya aktuaris yang bekerja di luar perusahaan asuransi. Mereka lebih suka bekerja di perusahaan konsultan aktuaria.
Tak hanya dibutuhkan di bidang asuransi saja, industri jasa keuangan lain pun membutuhkan peran sentral para aktuaris.
“Setiap perusahaan yang mengeluarkan produk berjangka pasti memerlukan aktuaris,” tutur Risza Bambang, konsultan aktuaria dari Padma Radya Aktuaria.
Faktanya, sebuah perusahaan asuransi memerlukan beberapa atau bahkan puluhan aktuaris. Hal tersebut bisa menjadi salah satu faktor banyaknya peminat jurusan Aktuaria.
Beberapa perguruan tinggi di Indonesia seperti ITB, UI, UGM, dan IPB menjalin kerja sama dengan Persatuan Aktuaris Indonesia sehingga lulusan gres dari sana setidaknya sudah menyelesaikan beberapa mata ujian sertifikasi Aktuaria. Jadi sisa mata ujian yang lain bisa ditempuh sambil bekerja.
Menurut Budi, pada dasarnya semua program studi bagus. Namun setiap individu atau lulusannya harus punya nilai tambah agar memiliki keunggulan dibanding yang lain.