The blues mengandalkan pressing ketat, kemudian menemukan ruang di belakang pertahanan the citizen atau di sisi sayap mereka, dan juga di area tengah untuk penyelesaian akhir.
Kecepatan juga memainkan peran utama, dan juga memanfaatkan kesalahan pertahanan lawan.
Baca Juga: Atta Halilintar 'Ngamuk' Gegara Pembangunan Rumahnya Mangkrak, Ternyata Ini Penyebabnya
Faktor psikologis juga menjadi penentu seperti Kante versus Rodri, Cesar Azpilicueta melawan Raheem Sterling, Reece James dan Benjamin Mendy atau Oleksandr Zinchenko, atau Timo Werner menghadapi Ruben Dias.
Chelsea harus meniru intensitas dan kepercayaan diri sebelumnya.
Di lini belakang, gelandang bertahan Chelsea harus menahan pressing dari Manchester City yang begitu mahir memenangkan penguasaan bola di luar kotak penalti dan dengan cepat menemukan gawang lawan.
Perjalanan Chelsea menuju partai puncak Liga Champions dimulai dari menjadi juara grup E bersama dengan Sevilla.
Di babak 16 besar, the blues bertemu jawara La Liga Spanyol, Atletico Madrid dan menyingkirkannya dengan agregat 3-0.
Pada Babak 8 besar, wakil Portugal, Porto menjadi lawan yang cukup sulit. Dimana the blues sempat mengalami kekalahan 1-0, meskipun akhirnya lolos dengan agregat 2-1.