Jadikan Media Sosial Sebagai Sarana untuk Sosialisasi Imunisasi, Guru Besar UI Ingatkan Hal Ini

- 22 Mei 2024, 09:04 WIB
Ilustrasi imunisasi anak.
Ilustrasi imunisasi anak. /Freepik/

PR TASIKMALAYA - Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko Sp.A (K) M.Si menjelaskan bahwa dengan adanya sarana media sosial, pelaksanaan sosialisasi mengenai manfaat imunisasi kepada masyarakat bisa menjadi lebih mudah, efektif, dan efisien.

Dengan kemajuan teknologi di zaman yang serba modern ini, penyampaian informasi bisa dengan mudah tersebarluaskan kepada khalayak umum, baik melalui media sosial ataupun media lain yang memudahkan masyarakat dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

“Kominfo mengatakan 66 persen penduduk punya smartphone dan mencari informasi melalui media sosial, 83 persennya melalui WhatsApp,” ujar Prof. Miko dalam seminar mengenai imbauan untuk melakukan imunisasi demi mengantisipasi penyakit berat yang diikuti di Jakarta, pada hari Selasa, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari ANTARA.

Miko menjelaskan, bahwa informasi yang disebarluaskan di media sosial bisa memiliki sejumlah keunggulan seperti, penyebaran informasi nya bisa dibuat lebih menarik, terutama jika disertai dengan gambar dan suara sehingga pesan yang berisi manfaat dari imunisasi bisa tersampaikan dengan baik.

Baca Juga: I LAND 2 Episode 6 Kapan Tayang? Persaingan Para Kontestan Semakin Sengit

Akan tetapi, informasi yang disampaikan kepada masyarakat pun harus mengutamakan aspek manfaat dan kegunaan imunisasi tersebut bagi kesehatan anak, serta bahaya yang ditimbulkan dari penyakit apabila tidak melakukan imunisasi.

Adapun sejumlah penyakit yang bisa dicegah lewat vaksin yang informasinya jarang disebarluaskan ialah, hepatitis untuk mencegah kanker hati, imunisasi BCG pada bayi sebagai upaya untuk mencegah TBC yaitu radang paru, radang otak serta radang kelenjar yang diakibatkan oleh bakteri tuberkulosa, vaksin polio bisa diaplikasikan untuk mencegah kelumpuhan permanen, DPT dan HIB sebagai pencegah pertusi atau batuk rejan 100 hari serta difteri, yaitu sumbatan yang terjadi pada jalan napas dan bisa mengakibatkan kerusakam pada otot jantung akibat racun difteri.

Lainnya, imunisasi pun bisa mencegah kaku pada otot mulut serta jantung akibat tetanus, bisa juga untuk mencegah radang paru dan otak yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus, pencegahannya dengan melakukan imunisasi PCV, rotavirus digunakan untuk mencegah diare berat, influenza digunakan untuk mencegah radang pada paru, campak serta rubela untuk mencegah risiko terparah yaitu kehilangan nyawa yang disebabkan oleh virus tersebut, karena virus itu menyerang otak dan bisa mengakibatkan kecacatan pada janin dan mengurangi risiko pengentalan darah saat demam berdarah dengue.

Baca Juga: Kemenag Garut Mengonfirmasi Adanya Jemaah Haji Asal Wilayahnya yang Wafat pada 20 Mei 2024 Waktu Setempat

“TV dan media sosial nggak banyak yang bahas bahaya penyakitnya, pencegahan dengan imunisasi juga jarang dibahas, lebih banyak membesarkan berita KIPI sedangkan yang nggak ada KIPI nggak diberitakan, edukasi oleh nakes juga terbatas mereka terlalu banyak membicarakan target imunisasi,” ucap Miko. 

Rutin melakukan imunisasi merupakan hal yang aman dan tidak  berbahaya, kata Prof. Miko, justru hal tersebut akan memberikan manfaat karena hasil penelitian dari berbagai negara mengatakan, bahwa dengan sering melakukan imunisasi bisa memberikan peningkatan kepada kekebalan spesifik pada masa-masa yang penting bagi anak seperti saat masih bayi dan saat sekolah.

Miko juga mengatakan bahwa orang tua bisa mengikuti jadwal imunisasi yang telah diberikan oleh IDAI maupun Kementerian Kesehatan. Dengan melakukan imunisasi secara terjadwal diharapkan upaya tersebut bisa mencegah penyakit menjadi lebih parah.

“Imunisasi yang belum lengkap dapat sakit berat atau meninggal, yang imunisasi lengkap ada yang sakit tapi sangat sedikit dan sakitnya tidak berat. Sakit berat susah ngobatinnya, lebih lama, kalau cacat akan jadi beban keluarga, supaya tidak sakit ya imunisasi, gratis,” ujar Anggota Satgas Imunisasi IDAI ini. 

Baca Juga: 7 Tips Kelola Waktu Agar Bisa Belajar Sambil Bekerja Secara Seimbang

Beberapa orang yang telah melakukan imunisasi namun belum lengkap bisa beresiko terkena sakit yang parah atau bahkan meninggal dunia, maka dari itu sebagai suatu upaya untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat perlu melakukan imunisasi secara berkala demi menjaga kesehatan diri sendiri*** (Aldi Fitara Aldiansyah Noor)

Editor: Aghnia Nurfitriani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah