Jejak Pendapat: Bank Indonesia Akan Menahan Suku Bunga Agar Tetap Stabil hingga Akhir 2022

- 15 Oktober 2021, 18:30 WIB
Ilustrasi. Analis sebut Bank Indonesia akan pertahankan suku bunga hingga akhir 2022.
Ilustrasi. Analis sebut Bank Indonesia akan pertahankan suku bunga hingga akhir 2022. /Reuters/Iqro Rinaldi

PR TASIKMALAYA - Sebanyak 29 ekonom memperkirakan tingkat suku bunga akan tetap stabil pada akhir pertemuan kebijakan Bank Indonesia pada 18-19 Oktober, menurut jejak pendapat Reuters.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Channel News Asia, Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga stabil minggu depan, untuk meningkatkan perekonomian karena aktivitas yang sempat terhenti oleh Covid-19, yang baru-baru ini melanda.

Sejak awal pandemi, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan tujuh hari reverse repurchase, sebesar 150 basis poin ke rekor terendah 3,50 persen dan menyuntikan likuiditas senilai lebih dari USD57 miliar.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Beri Saran Agar Tidak Melakukan Hal Ini Saat Dzikir

“Selama inflasi melemah dan mata uang tetap stabil secara luas, maka mereka senang menjaga kebijakan moneter, mendukung untuk mencoba dan mendorong pemulihan,” kata Gareth Leather, ekonom senior Asia, di Capital Economics.

Perkiraan median dari jejak pendapat yang dilakukan selama seminggu terakhir, memperkirakan suku bunga akan tetap pada 3,50 persen saat ini hingga kuartal ketiga di tahun depan, meningkat 50 basis poin pada kuartal terakhir menjadi 4,00 persen pada tahun 2022.

Inflasi pada 1,6 persen pada September, telah bertahan di bawah kisaran target bank sentral sebanyak 2 persen hingga 4 persen sejak pertengahan 2020 dan diperkirakan akan tetap tenang di tahun ini.

Baca Juga: Findi Lampung Sajikan Drama Pertengkaran dengan Fildan DA di Bintang Pantura 6

Tetapi terlihat meningkat pada tahun depan, menjadi 2,9 persen dan kemudian 3,0 persen pada tahun 2023.

Rupiah Indonesia sebagian besar tetap stabil di tahun ini, turun sekitar 1 persen terhadap dolar yang bangkit kembali.

Kenaikan harga energi baru-baru ini juga memberikan dukungan, karena Indonesia adalah eksportir komoditas utama.

Baca Juga: Pengacara Aung San Suu Kyi Sebut Dirinya Diminta Bungkam oleh Junta Militer Myanmar

Bank Sentral tetap hati-hati, berharap untuk menghindari backdraft dari rencana Federal Reserve AS, untuk mengurangi program pembelian obligasi yang kemungkinan akan dilakukan pada bulan depan.

Ketika The Fed terakhir melakukan tape ring pada 2013, rupiah terdepresiasi lebih dari 20 persen.

“Pada 2013, itu adalah salah satu dari lima mata uang rapuh yang terjebak dalam aksi jual besar-besaran,” kata Leather.

Baca Juga: Telah Temui Kakek Suhud, Baim Wong Akui Tak Ingin Disorot Media

“Ada banyak perbedaan sekarang, yang menunjukkan Indonesia tidak akan terjebak separah dulu,” tambahnya.

Memang, para analis mengatakan ekonomi Indonesia berada pada pijakan yang lebih kokoh. Defisit transaksi berjalan lebih sempit, dengan perkiraan BI sendiri sebesar 0,6 persen hingga 1,4 persen dari PDB untuk tahun 2021.

Ekonomi diperkirakan tumbuh 3,4 persen pada tahun ini dan meningkat menjadi 5,1 persen pada tahun 2022.

Perkiraan tersebut diturunkan dari prediksi sebelumnya, masing-masing 4,3 persen dan 5,2 persen.***

Editor: Al Makruf Yoga Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah