PR TASIKMALAYA- Pernyataan Tenaga Ahli Utama Kepresidenan Ali Ngabalin yang mengaku bersedia menjabat Kepala Staf Presiden (KSP) menggantikan Moeldoko jika diminta Jokowi, turut ditanggapi oleh Sosiolog Arief Munandar.
Tanggapan perihal Ali Ngabalin yang siap menggantikan Moeldoko di KSP itu, disampaikan Arief Munandar dalam unggahan video di kalan YouTube miliknya.
Airef Munandar menuturkan dalam video tersebut sebuah pernyataan yang tampaknya menyindir ucapan Ali Ngabalin terkait kesediaannya menjabat sebagai KSP tersebut.
Sebelumnya, pernyataan yang menyebut Ali Ngabalin cocok menggantikan Moeldoko sebagai KSP itu datang dari Deputi Balitbang Demokrat, Syahrial Nasution.
Mendengar pernyataan tersebut, Ali Ngabalin pun menuturkan bahwa jika Jokowi meminta, maka dirinya siap menjabat posisi yang saat ini masih diemban oleh Moeldoko tersebut.
"Jangankan itu (Kepala KSP), kalau satu waktu bangsa dan negara Republik ini harus membutuhkan nyawa dan jiwa raga kita-kita ini ya, saya khususnya untuk kepentingan bangsa dan negara," ucap Ali Ngabalin.
"Jangan khawatir, saya sudah bilang sama anak dan istri saya," sambungnya.
Saat kembali dipastikan soal posisi apa pun yang diperintahkan oleh Jokowi, Ali Ngabalin kembali memastikan akan siap.
"Karena saya ini kan juga bekas anggota DPR RI kan, yang paling penting itu adalah tugas-tugas yang harus dimainkan. Kalau Presiden mengamanahkan dalam kerja-kerja apa saja, tidak mungkin kita tidak bisa, pasti kita bisa," kata Ali Ngabalin.
Baca Juga: Hadapi Gelombang Ketiga Covid-19, Kanada Kini Mencapai Satu Juta Kasus Virus Corona!
Pernyataan itu, sontak membuat Arief Munandar turut berkomentar, sebagaimana diberitakan Bekasi.Pikiran-Rakyat.com dalam judul artikel "Ali Ngabalin Ngaku Siap Gantikan Moeldoko Jika Jokowi Minta, Arief: Saya Rasa Dia Lagi Mengkhayal di Air Keruh".
Arief Munandar menyebut Ngabalin sedang mengkhayal karena telah berani mengucapkan hal semacam itu.
Bahkan dirinya tidak habis pikir jika nantinya Jokowi memang menunjuk Ali Ngabalin sebagai Kepala KSP baru menggantikan Moeldoko.
Baca Juga: 5 Jurusan Orang Terkaya di Indonesia, Salah Satunya Alumni Undip dengan Kekayaan 38,8 Miliar USD
"Jokowi ngapain juga nunjuk Ali Mochtar Ngabalin ya, ini saya mencoba berimajinasi kalau saya jadi presiden nih punya staf kayak begini, pusing kali saya," ucapnya dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari YouTube Bang Arief, Minggu, 4 April 2021.
"Jadi saya ngerasa Ngabalin ini lagi mengkhayal di air keruh kayaknya, lagi cari-cari peluang, lumayan untuk meningkatkan level kesejahteraan," sambung Arief Munandar.
Lebih lanjut, Arief Munandar menyampaikan bahwa banyak sekali yang mendesak agar Moeldoko mundur dari jabatan Kepala KSP.
Baca Juga: Raih Penghargaan Ajang Musik Rusia, Anggun: Banyak Hal Baik yang Datang untuk Saya
Dirinya pun mengaku paham dan mengerti kenapa kemudian desakan-desakan tersebut begitu marak digaungkan oleh masyarakat.
Karena menurutnya, apa yang dilakukan Moeldoko telah melanggar etika berpolitik sebagai salah satu simbol dari Istana.
"Jelas ya apa yang dilakukan Moeldoko itu melanggar etika politik dan melanggar kepatutan dan kepantasan publik," ucap Arief Munandar.
"Bayangin aja seorang KSP, pejabat publik di lingkaran dalam Istana masa cawe-cawe dalam kisruh partai politik," sambungnya.
Apalagi, kata Arief Munandar, kemudian alasan Moeldoko sangat tidak masuk akal, yakni adanya pergeseran ideologi yang bisa membahayakan demokrasi.
Dirinya pun sekali lagi menegaskan bahwa Moeldoko harus bersedia untuk mundur dari jabatannya atau paling tidak Jokowi bisa memecatnya karena telah melakukan tindakan yang "ilegal".
"Kan KLB Sibolangit telah ditolak oleh pemerintah, ini artinya kalau kita maknai apa yang dilakukan Moeldoko itu ilegal. Bayangkan seorang pejabat pemerintah setingkat KSP melakukan tindakan ilegal, ya harusnya malu," tuturnya.
Kalau betul, sambung Arief Munandar, Moeldoko adalah mantan Panglima TNI seharusnya beliau berani mundur karena yang dilakukannya adalah tindakan legal.
"Ini kan sudah memalukan, memalukan dirinya dan memalukan Jokowi sebagai atasannya. Harusnya mundur, kalau gak mundur ya menurut saya jalan terbaik Jokowi harus memberhentikannya," tutup Arief Munandar.***(Ghiffary Zaka/Bekasi.Pikiran-Rakyat.com)