FKPI Keluhkan Jatah Kuota GPS Peternak Mandiri Mengecil, Komisi IV DPR RI Turun Tangan Awasi Kementan

- 17 Maret 2021, 16:20 WIB
Forum Komunikasi Pembibitan Indonesia (FKPI) menyebut jika kuota GPS peternak mandiri semakin mengecil, sehingga membahayakan perunggasan.*
Forum Komunikasi Pembibitan Indonesia (FKPI) menyebut jika kuota GPS peternak mandiri semakin mengecil, sehingga membahayakan perunggasan.* /pixabay.com/ Alexas_Fotos

PR TASIKMALAYA – Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mulai turun tangan mengawasi Kementerian Pertanian (Kementan).

Langkah tersebut dilakukan berdasarkan keluhan dari Forum Komunikasi Pembibitan Indonesia (FKPI) yang menilai bahwa adanya potensi perusahaan perunggasan yang akan menguasai bisnis perunggasan.

Perusahaan perunggasan raksasa tersebut dinilai juga berpotensi akan menguasai dari hulu hingga hilir soal Grand Parent Stock (GPS) atau pembibitan ayam indukan broiler (ayam pedaging).

Baca Juga: Di Tengah Polemik dengan Suaminya, Nindy Ayunda Rajin Posting Potret Menggemaskan Sang Buah Hati

Sehinggan menurut FKPI, potensi tersebut membahayakan keberlangsungan peternak kecil atau peternak mandiri.

Oleh karena itu, FKPI melakukan pertemuan dengan Anggota Komisi IV DPR RI Budhy Setiawan pada Selasa, 16 Maret 2021 di Bogor.

“Yang menjadi masalah ialah dua integrator atau perusahaan unggas raksasa memilki jatah 60 persen, yang mereka salurkan kepada jaringan mereka,” ujar Noufal Hadi seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari pers rilis FKPI.

Baca Juga: Jelang Munas IX LDII 2021, Menag Siap Dukung dan Sinergikan Kemandirian Pesantren dan Pengembangan Madrasah

Ketua FKPI Noufal Hadi mempermasalahkan soal penerapan sistem skor untuk kuota impor GPS yang ditetapkan oleh Diretkorat Jenderal (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH).

“Inilah yang jadi soal, ada peternak pembibitan UMK yang skornya baik malah dikurangi lebih banyak, sementara kuota integrator tetap banyak,” ujar Noufal.

“Padahal dua perusahaan besar integrator menyalurkan 80 persen Day Old Chicken (DOC) ke anak-anak perusahaan atau jaringan mereka dan Peternak Mandiri kesulitan membeli DOC dari mereka,” tambahnya.

Baca Juga: Demokrat Versi KLB Mulai Dirikan Cabang di Daerah, Dikabarkan Tunjuk Kader Hanura Jadi Ketua DPC di Bekasi

Berdasarkan data 2019 dari Kementan Indonesia telah mengimpor 707.000 bibit ayam GPS senilai Rp415 miliar per tahun.

Sedangkan pada 2021 ini, impor bibit ayam GPS hingga 600 ribu ekor.

Adanya potensi monopoli perunggasan ini menarik perhatian dari anggota Komisi IV DPR RI Budhy Setiawan.

Baca Juga: Sebut Demokrat versi KLB Tak Berhak Gunakan Atribut Partai, DPD Jabar Siap Lapor Polisi Jika Melanggar

Budhy Setiawan menyatakan bahwa Komisi IV DPR RI sebagai mitra Kementan meminta adanya transparansi dan keadilan soal kuota GPS.

“Direktur Jenderal PKH harus mendengarkan keluhan dari para peternak mandiri,” ujar Budhy.

“Ini harus dikoreksi dan ada perubahan,” tambahnya.

Baca Juga: Akui Ingin Disukai Pria Normal, Lucinta Luna Curhat ke Deddy Corbuzier: Ingin Jadi Perempuan Elegan

Pihaknya mengklaim akan semakin ketat dalam melakukan pengawasan terhadap perkembangan industri perunggasan.

“Kami tidak memberikan toleransi penguasaan-penguasaan secara besar oleh sekelompok pengusaha, yang tidak memperhatikan peternak rakyat,” kata Budhy.***

Editor: Tyas Siti Gantina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah