PR TASIKMALAYA – Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa, Henry Subiakto menanggapi hasil survei yang menjadikan Indonesia mendapat gelar netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara.
Survei ini dari Microsoft yang merilis laporan 2020 Digital Civility Index dan menyebutkanbhawa netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara.
Menurut Henry Subiakto hal ini menjadi paradox bagi Indonesia.
Baca Juga: Tanggapi Aksi KPK Tangani Kasus Korupsi Bansos, Ferdinand Hutahaean: Lucu Tidak Temukan Bukti Baru
Hal ini disampaikan Henry Subiakto dalam cuitan Twitter @henrysubiakto pada, Kamis, 25 Februari 2021.
“Paradox negeri ini,” tulis Henry Subiakto seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari akun Twitter @henrysubiakto
Paradox negeri ini. Teriak takut dg UU ITE, bilang dibungkam, dilarang ngritik, tapi faktanya di medsos pesan dan bahasa yg dipakai paling tdk sopan se Asia Tenggara. Jangan tanya bgmn celaan, bully, fitnah, hoax campur baur dg yg disebut kritik. https://t.co/SCMZuT9KMf— Henry Subiakto (@henrysubiakto) February 24, 2021
Henry Subiakto menyebutkan bahwa Indonesia mengalami paradox perihal kebebasan berbicara termasuk dalam media sosial.
Termasuk perihal Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Baca Juga: Dapat Kritik dari Warganet Usai Tayangan Susi Cek Ombak, Susi Pudjiastuti Beri Komentarnya
Henry Subiakto menilai banyak yang teriak takut dengan UU ITE dan seolah takut dibungkam.
Banyak yang berteriak seolah takut dengan UU ITE karena dianggap dilarang untuk mengkritik.
“Teriak takut dengan UU ITE, bilang dibungkam, dilarang mengritik,” kata Henry Subiakto.
Akan tetapi Henry Subiakto menilai pada kenyataanya media sosial menjadi tempat untuk menggunakan bahasa yang tidak sopan.
Baca Juga: Fadli Zon Samakan Kerumunan Jokowi dan HRS, Ferdinand Hutahaean: Mestinya Abang Bisa Bedakan
Bahkan mendapat gelar sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara.
“Tapi faktanya di medsos pesan dan bahasa yang dipakai paling tidak sopan se Asia Tenggara,” ujar Henry Subiakto.
Paradox menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pernyataan yang seolah-olah bertentangan atau berlawanan.
Paradox soal UU ITE menjadikan Henry Subiakto heran, terlebih pihak-pihak yang masih belum bisa membedakan antara kritik dengan mencela, memfitnah.
Baca Juga: Fadli Zon Samakan Kerumunan Jokowi dan HRS, Ferdinand Hutahaean: Mestinya Abang Bisa Bedakan
“Jangan tanya bagaimana celaan, bully, fitnah, hoax campur baur dengan yang disebut kritik,” ucap Henry Subiakto.***