PR TASIKMALAYA - Selaku Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Fadli Zon menanggapi polemik minyak goreng yang langka di Indonesia.
Fadli Zon dengan tegas menanggapi dugaan adanya praktik kartel penyebab langkanya minyak goreng.
Selain itu, Fadli Zon juga menyoroti nasib petani perkebunan sawit dalam menghadapi praktik kartel ini.
Bahkan, Fadli Zon merasa khawatir nasib petani sawit yang akan terkena dampak buruk dari praktik kartel.
Baca Juga: 5 Momen Dramatis dalam Manga One Piece, Salah Satunya Saat Usopp Khianati Kru Topi Jerami
Sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Twitter @fadlizon, berikut penjelasan Fadli Zon yang juga Ketum HKTI menanggapi soal dampak buruk praktik kartel terhadap petani.
"Dominasi satu kelompok industri, tentunya membuat mereka memiliki kemampuan menetapkan dan mengendalikan harga di tingkat petani," ujar politisi Gerindra ini.
Maka dari itu, para petani tidak akan memiliki pengaruh besar dalam penentuan harga.
Sehingga, hasil yang akan didapatkan oleh para petani juga akan ditentukan oleh kartel.
Baca Juga: Begini Respon Kate Middleton Usai Dimarahi Ratu Elizabeth Gegara Hidup Boros
"Akan kesulitan untuk mendapatkan harga jual terbaik untuk produk kebunnya," sambungnya.
Sebelumnya, Fadli Zon juga menjelaskan bahwa praktik kartel ini mampu mengontrol harga di pasar.
Pengaruh besar kartel ini juga memperkuat mereka untuk berani meninggikan daya tawar terhadap pemerintah.
Pria berusia 50 tahun ini juga menegaskan soal kelangkaan minyak goreng yang terjadi saat ini wajar karena masalah dari hulu hingga hilir.
Baca Juga: Tes Psikologi: Pilih Buah Favorit Anda untuk Mengungkap Lebih Banyak Tentang Kepribadianmu
Masalah pengelolaan sawit di Indonesia yang terakumulasi dan menyebabkan krisis minyak goreng di kalangan masyarakat.
"Kelangkaan minyak goreng yang terjadi saat ini sebenarnya akumulasi dari amburadulnya tata kelola sawit di Indonesia," ucap Fadli Zon.
Dominasi atau istilah lainnya oligopolistik yakni persaingan pasar yang hanya didominasi dan ditentukan bersama-sama hanya oleh beberapa perusahaan industri.***