Pesan Bung Karno di Harlah NU: Hei, Saya Cinta kepadamu

31 Januari 2022, 13:53 WIB
Pesan Bung Karno saat peringatan Harlah NU tahun 1966. /Dok. PBNU

PR TASIKMALAYA – Hari ini Senin, 31 Januari 2022 organisasi sosial keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) merayakan hari lahir (Harlah) yang ke-96 tahun.

Menilik sejarah panjang ormas Islam terbesar di Indonesia ini, ada relasi harmonis antara mendiang Presiden Soekarno dan NU.

Alkisah dalam sejarah, ketika perayaan harlah NU tahun 1966 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) organisasi pimpinan KH. Idham Chalid dan KH. Wahab Chasbullah saat itu menghadirkan presiden sebagai tamu kehormatan.

Bung Karno dengan gaya khasnya yang berapi-api menyampaikan pidato menepis dugaan dirinya tidak akan datang ke harlah NU saat itu.

Baca Juga: Zubairi Djoerban Sebut Indonesia Telah Masuk Gelombang 3 Covid-19

Dalam pidatonya, Bung Karno secara tegas mengatakan bahwa NU adalah organisasi yang dicintainya karena turut serta dalam menjaga keutuhan dan kerukunan bangsa Indonesia dilihat dari sejarah.

“Saya cinta kepada NU, kan sudah saya ucapkan di Sala (Solo), hei NU, saya cinta kepadamu, cintailah kepadaku! Hei NU, saya rangkul kepadamu, rangkulah aku ini,” kata Bung Karno saat itu.

Ditilik PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman NU pada Senin, 31 Januari 2022 menurut Bung Karno mencintai NU tidak ada bedanya dengan mencintai rakyat Indonesia dan juga negara secara umumnya.

Saat itu, Bung Karno meminta kepada seluruh warga NU untuk meneguhkan paham Pancasila.

Baca Juga: Jawaban Menohok Anwar Abbas usai Minta NU Izinkan Miftachul Akhyar Tetap Jadi Ketum MUI

Ditambah, salah satu tokoh NU, KH. Abdul Wahid Hasyim yang merupakan ayah mendiang Gus Dur merupakan seseorang yang turut ikut andil dalam perumusan Pancasila.

NU memiliki ‘saham’ untuk turut serta menjaga Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan juga NKRI.

“Kalau unsur Pancasila pada alim ulama teguh dalam batin, negara kita akan menjadi negara yang paling baik di seluruh dunia,” ucap Bung Karno.

Basis NU yang berakar daripada kiai pesantren memang sangat kuat menanamkan rasa nasionalisme dalam dada masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Bertepatan dengan Harlah NU ke-95, AHY Sampaikan Selamat Sekaligus Rasa Duka, Ada Apa?

Tidak hanya menjadi guru pengajian, kiai juga menjaga akar budaya tradisi masyarakat Indonesia di tengah masyarakat.

Di harlah NU tahun 1966 tersebut, Stadion Utama Gelora Bung Karno dipenuhi hampir lebih dari 100.000 ribu warga Nahdliyyin.

Satu pelajaran dari berkaca kepada peringatan harlah NU tahun 1966 yang dihadiri Bung Karno itu adalah memperkuat tradisi dan budaya lokal sebagai cara untuk menangkal ideologi transnasional yang berusaha merusak kebhinekaan Indonesia.***                                                

Editor: Aghnia Nurfitriani

Tags

Terkini

Terpopuler