Pengusaha Bordir di Tasikmalaya Hadapi Situasi Sulit, Peralatan Dijual hingga Karyawan Dibubarkan

- 29 Desember 2022, 11:44 WIB
Ilustrasi benang. Paguyuban Pengusaha Bordir di Tasikmalaya menjerit hadapi situasi sulit untuk mendapatkan bahan baku benang.
Ilustrasi benang. Paguyuban Pengusaha Bordir di Tasikmalaya menjerit hadapi situasi sulit untuk mendapatkan bahan baku benang. /Pixabay/monicore

PR TASIKMALAYA - Para Pengusaha Bordir di Tasikmalaya belakangan ini mengeluh.

Para pengusaha bordir di Tasikmalaya kini mengadapi situasi yang cukup sulit.

Ada beberapa hal yang membuat para pengusaha bordir di Tasikmalaya 'menjerit' oleh keadaa.

Selain akibat pandemi Covid-19, sulitnya mendapatkan bahan baku benang menjadi kesulitan yang dihadapi saat ini.

Baca Juga: Simak Ramalan Zodiak Virgo dan Sagitarius untuk Kamis 29 Desember 2022

Akibat sulitnya mendapatkan bahan baku benang, beberapa pengusaha bordir di Tasikmalaya gulung tikar.

Hal itu lantaran keuntungan yang diperoleh cukup minim.

Kini hanya tinggal sekitar 50 persen yang masih menggeluti usaha tersebut.

Baca Juga: Imperfect The Series Season 2: Bima dan Maria Mendapat Restu dari Bu Ratna

Sementara itu, beberapa pengusaha lain memilih untuk banting setir dan mengganti usahanya.

Tak hanya gulung tikar, peralatan yang dimiliki pun terpaksa harus dijual untuk menutupi biaya operasional.

Sulitnya mendapatkan bahan baku benang membuat para pengusaha ordir mengindikasi adanya monopoli jual beli benang di Tasikmalaya.

Baca Juga: Tes IQ: Bingung Cari Perbedaan Koki Hidung Besar ini? Hanya si Jenius yang Lihat Lebih dari 2!

Ketua Paguyuban Pengusaha Bordir Tasikmalaya, Agus Husaeni mengatakan jika dugaan adanya indikasi monopoli bahan baku benang ini dilakukan oleh salah satu pengusaha di Kota Tasikmalaya.

Para pelaku UMKM tidak bisa membeli benang yang diperoleh dari pabriknya langsung.

Para pengusaha bordir hanya bisa membeli benang dari pihak kedua dengan harga yang lebih tinggi.

Baca Juga: Link Live Streaming Indonesia vs Thailand di Piala AFF 2022: Ujian Sesungguhnya Tim Garuda

Selain bahan produksi, upah untuk maklun bordir juga mengalami kenaikan.

Jika produk berhasil terjual, mereka tidak mendapatkan keuntungan lantaran dua hal tersebut.

"Monopoli itu jadi tidak ada persaingan, harga benar dimainkan sesuka hati saja. Padahal kalau bisa belanja langsung ke pabrik, itu mungkin bisa menolong usaha kami karena harga di sana tidak terlalu tinggi,” kata Agus dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Kabar Priangan.

Baca Juga: Daredevil: Born Again Rilis Tahun Kapan?

Ia merasa hal tersebut terjadi setelah pandemi Covid-19.

Ia bersana dengan pengusaha yang lain merasa kesulitan mendapatkan bahan baku benang dan jikapun dapat harga lebih tinggi.

"Sementara para pengusaha bordir butuh banyak benang dengan berbagai warna yang jumlahnya bisa sampai ratusan jenis," ucapnya.

Baca Juga: Kumpulan Link Twibbon Tahun Baru 2023, Cocok Bagikan ke Kerabat Terdekat

Tak hanya Agus, hal senada pun diungkapkan oleh Alfie Akhmad Sa'adan.

Kenaikan harga bahan baku benang juga didorong oleh beberapa faktor lain.

Misalnya kenaikan harga BBM hingga kenaikan dollar.

Baca Juga: Tes IQ: Cari 3 Perbedaan pada Anjing Ini, si Pintar Melihatnya 20 Detik

Dalam satu tahun ini, kenaikan bahan baku tidak didorong oleh faktor apapun.

Mesin bordir hingga karyawan yang dibubarkan menjadi imbas hal tersebut.

“Sekarang kan ada pembelian mesin-mesin second dari Tasikmalaya ke luar wilayah. Karena mesinnya sudah dijual, maka yang kerja pun juga kemudian migrasi ke luar wilayah,” ucapnya.

Baca Juga: Inilah 5 Zodiak yang Perlu Jaga Rahasia di Tahun 2023, Salah Satunya Pisces!

Menanggapi hal itu, Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Tasikmalaya, Yane Sriwigantini pun angkat bicara.

DPRD Tasikmalaya akan memfasilitasi dan mengkoordinasikan agar hal serupa tak terjadi lagi.

“Ini kan kondisinya teman-teman pengusaha bordir di Kabupaten Tasikmalaya tidak diberi ruang untuk membeli di tempat yang lain. Jadi solusinya sudah disampaikan, kalau ini akan difasilitasi dan dikoordinasikan agar ke depannya tidak ada hal-hal seperti itu,” kata Yanne.

Yane mengatakan jika Dinas Koperasi UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya tidak bisa memberikan solusi atas masalah ini.***

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Kabar Priangan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x