Siasati Kelangkaan, Warga Binaan Lapas Kelas II B Tasikmalaya Produksi Masker Sendiri

- 3 April 2020, 10:22 WIB
SEJUMLAH warga binaan di Lapas Kelas II B Tasikmalaya sedang memproduksi alat pelindung diri jenis masker, Jumat 3 April 2020.*
SEJUMLAH warga binaan di Lapas Kelas II B Tasikmalaya sedang memproduksi alat pelindung diri jenis masker, Jumat 3 April 2020.* //Asep MS

PIKIRAN RAKYAT - Kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) jenis masker di pasaran tidak menjadi masalah bagi Lembaga Kemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Tasikmalaya.

Lapas Kelas II B Tasikmalaya diketahui mampu membuat masker secara mandiri dengan memanfaatkan warga binaan yang sudah terlatih dalam keterampilan menjahit.

Kasubsi Kegiatan Kerja Lapas II B Arif Setyo Budiarto mengatakan, pembuatan masker dilakukan guna memenuhi kebutuhan seluruh penghuni Lapas Kelas II B Tasikmalaya mulai dari kalapas, pejabat serta staff termasuk seluruh warga binaan yang jumlahnya mencapai 300 lebih warga binaan.

Baca Juga: Siapkan Bantuan bagi Warga Terdampak Covid-19, Budi Budiman: Jangan Sampai Salah Sasaran

"Ya, kita menyiasati kebutuhan masker ini dengan cara membuat sendiri karena melihat kondisi di pasaran untuk saat ini keberadaan masker sangat langka," katanya.

Untuk itu, lanjut dia, dikarenakan sejauh ini di Lapas Kelas II B Tasikmalaya telah dilakukan kegiatan pembinaan keterampilan yang salah satunya adalah menjahit, pihaknya berinisiatif membuat masker dengan memanfaatkan tenaga terampil warga binaan yang telah mendapatkan pembinaan keterampilan.

Baca Juga: Tak Disangka, Obesitas di New Orleans Sumbang Angka Kematian yang Tinggi Akibat Covid-19

"Disini ada tiga orang tenaga terampil yang saya kira mereka mampu untuk membuat masker. Walaupun baru kali ini, namun setelah dicoba hasilnya cukup bagus dan sama dengan yang dijual di pasaran," katanya.

Hanya saja, lanjut Arif, kendala yang dihadapi untuk pembuatan masker yaitu sulitnya mencari bahan baku sesuai bahan yang dibutuhkan. Akibatnya, produksi masker didalam lapas menjadi terbatas.

"Untuk sekarang memang kendalanya pada pengadaan bahan baku, karena kami perlu bahan yang sesuai salah satunya kain hoxpot," ujarnya.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya, Jumat 3 April 2020: Manonjaya dan Cipedes Waspada Hujan Petir

Selain bahan baku, dia mengatakan keterbatasan tenaga ahli juga menjadikan produksi pembuatan masker di dalam lapas terbatas. Tenaga yang sudah ahli di dalam keterampilan menjahit hanya tiga orang, sedangkan yang lainnya masih dalam tahap belajar.

"Itupun yang ahlinya sebagian ada yang sudah bebas, untungnya kita sudah melakukan regenerasi," kata Arif.

Namun demikian, lanjut dia, selama ini pihaknya telah mampu memproduksi masker sebanyak 500 lebih, dengan rata-rata per harinya mampu memproduksi sebanyak 50 masker.

Halaman:

Editor: Suci Nurzannah Efendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x