Mitos dan Kisah Mistis Jembatan Cirahong, Cerita Suara Gamelan di Balik Sisa Penjajahan Belanda

28 Februari 2021, 10:50 WIB
Kang Behring, warga yang tinggal di sekitar Jembatan Cirahong berkisah tentang sejarah dan cerita mistis di balik jembatan di Tasikmalaya ini. /Kabar-Priangan.com/Teguh Arifianto

PR TASIKMALAYA - Jembatan Cirahong, warga yang tinggal di Tasikmalaya dan Ciamis pasti sudah mendengar nama ini.

Bagi yang belum pernah, Jembatan Cirahong merupakan sisa pembangunan dari masa penjajahan Belanda, tepatnya di era Kanjeng Prebu pada tahun 1839-1886.

Jembatan Cirahong pada masanya menjadi ikon Ciamis dan Tasikmalaya lantaran sudah bisa dilintasi kereta api. 

Baca Juga: Sindir Marzuki Alie, Politisi Demokrat Anis Fauzan: Kalau Bukan Karena Pak SBY Anda Belum Tentu Hebat!

Selain itu, warga setempat pada saat itu juga menjadikan Jembatan Cirahong sebagai lokasi untuk menghabiskan waktu bersama, terutama ketika bulan puasa untuk sekedar ngabuburit.  

Meski dikenal sebagai jembatan yang dilintasi kereta api pada masa penjajahan dulu, jembatan Cirahong juga mampu dilewati kendaraan lain di bagian bawahnya. 

Sehingga ada sensasi tersendiri jika kendaraan kebetulan bersamaan melintas di jembatan tersebut.

Baca Juga: Tanggapi Ibas Soal ‘Adu Domba’, Yan A Harahap: Teruntuk ‘Penghianat’ Selamat Mengunyah Jari

Tak hanya sajikan sensasi berbeda, alasan lain jembatan Cirahong menjadi salah satu tempat favorit dikunjungi saat bulan puasa, karena pemadangannya yang sangat asri.

Sungai Citanduy yang meliuk-liuk dan pepohonan yang hijau sangat memanjakan pandangan mata untuk sekedar rehat sejenak.

 

Sisi Lain Cirahong

Baca Juga: Tiba-tiba Ucapkan Terima Kasih, Ibas Yudhoyono: Adu Domba Hanya Ada di Lapangan Domba!

Di balik sensasi yang menakjubkan, di jembatan Cirahong pun memiliki sebuah mitos yang berkembang dari mulut ke mulut.

Dikutip dari artikel Kabar-Priangan.com berjudul "Cerita Mistis Jembatan Cirahong, Antara Eyang Rahong dan Suara Degung di Malam Hari", konon katanya di Jembatan Cirahong ada penunggu berjuluk Eyang Rahong.

Cerita lainnya konon katanya saat pembangunannya, ada sebuah persembahan atau tumbal sepasang pengantin.

Baca Juga: Kasus Korupsi Satu Miliar di-OTT KPK, Ferdinand Hutahaean Bandingkan dengan Kasus Formula E 1,6 Triliun

Ada lagi cerita mitos lainnya, yakni suara gamelan atau degung di malam hari sebagi pertanda esoknya ada kejadian luar biasa.

Saat kabar-priangan.com mengunjungi jembatan Cirahong beberapa hari lalu, kebetulan bertemu Kang Sahri, atau warga di sana kerap memanggilnya Kang Behring warga Kp. Sukakarya Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya.

Meski enggan disebut sesepuh Cirahong, tetapi Kang Behring sangat hafal cerita dari pertama Cirahong dibangun hingga mengaku pernah berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata di Cirahong.

Baca Juga: PSI Hobi Kritik Anies Baswedan, Haris Pertama: Memang Sudah Berbuat Apa untuk Rakyat Selain Kritik?

"Kalau cerita dari mulut ke mulut mah, di jembatan Cirahong katanya ada Eyang Rahong. Tapi saat saya berkomunikasi dengan anu ngageugeuh di sini, Eyang enggan menamai dirinya dengan julukan apapun. Tapi beliau baik kok, nampaknya beliau itu jin muslim di sini," ucapnya mengawali perbincangan.

Ada pun Eyang Rahong yang berkembang dari mulut ke mulut, mungkin kata dia penunggu yang berada di lembah sungai Citanduy beberapa ratus meter dari lokasi jembatan.

Karena diakuinya, selain jin yang pernah berkomunikasi dengannya, ada pula makhluk astral yang prilakunya berbeda dengan yang pernah berkomunikasi dengannya.

Baca Juga: Sebut Ada Pejabat Mengaku ‘Asli Papua’ Usulkan Industri Miras, Natalius Pigai: Kasihan Jokowi Tertipu!

"Ya, saya meyakini di kawasan Cirahong dihuni oleh dua kaum jin, kafir dan muslim. Jin kafir sering disembah untuk sesuatu misalnya saat ramai porkas, SDSB atau nomer dulu, kalau jin muslim selalu berbuat baik dengan mengingatkan agar tidak berbuat syirik dan dosa di lokasi jembatan," ucapnya.

Seorang anak kecil sedang duduk merenung di pinggir jembatan Cirahong yang melintasi sungai Citanduy sementara atasnya jalur kereta api.

Seorang anak kecil sedang duduk merenung di pinggir jembatan Cirahong yang melintasi sungai Citanduy sementara atasnya jalur kereta api.

Baca Juga: Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah Kena OTT KPK, Pengamat: Bereskan Hulunya, Jangan hanya Hilirnya

Kisah lainnya di Cirahong yang Kang Behring alami lainnya adalah, suara gamelan atau degung. Ya, Kang Behring kerap mendengar suara gamelan pada malam hari. Suara itu terdengar sayup-sayup namun sangat merdu.

Ia tak hafal kisah awal suara gamelan itu, apakah pernah kejadian saat zaman kerajaan ada rombongan gamelan yang dibunuh Belanda dan mayatnya dibuang di jembatan Cirahong, atau rombongan pemain gamelan alami kecelakaan di lokasi itu hingga arawahnya gentayangan.

Namun yang jelas setiap terdengar suara gamelan di malam hari, esoknya ada kejadian orang yang bunuh diri baik terjun dari jembatan ke sungai Citanduy atau orang yang sengaja menabrakan diri ke kereta api.

Baca Juga: Soroti OTT Nurdin Abdullah, Febri Diansyah: Tampaknya Diboncengi untuk Bangun Narasi ‘KPK Tidak Dilemahkan’

"Saya tak akan menyebutkan pasti atau itu hanya kebetulan saja. Karena yang saya alami, sebelum ada yang bunuh diri, malamnya suka terdengar suara gamelan atau degung. Sekali lagi, apakah itu pasti atau kebetulan saja, ya itu yang saya alami," ujar Kang Behring.

Ada lagi cerita mitos terkait pasangan pengantin yang menjadi tumbal pembangunan jembatan Cirahong.

Cerita itu ia dapatkan dari masinis yang sudah pensiun dan saat ini usianya sangat udzur.

Baca Juga: Diusulkan Pimpin Demokrat Bersama Moeldoko, Ibas Yudhoyono: Jangan Adu Domba Saya dengan AHY

"Ceritanya begini, saat pembangunan jembatan, Belanda mengumpulkan perhiasan emas selanjutnya dibuang ke dasar tiang pancang yang siap dicor. Sebelum pengecoran, Belanda memberi tahu warga sekitar akan emas-emas tersebut, sontak saja warga berebutan masuk ke dasar tiang pancang untuk mengambil emas tadi," kata Kang Behring mengisahkan.

Padahal dari atas, Belanda siap-siap menurunkan adukan coran. Saat warga berebutan ambil emas, termasuk pasangan pengantin tadi, dan tiba-tiba brusut coran menimbun mereka.

Ada yang selamat, ada pula yang naas terkubur coran termasuk pengantin baru itu hingga mengeras bersama coran.

Baca Juga: Sebut Ada Pejabat Mengaku ‘Asli Papua’ Usulkan Industri Miras, Natalius Pigai: Kasihan Jokowi Tertipu!

"Mungkin maksudnya penimbunan itu konon sebagai persembahan atau istilahna mah wadal sesuai permintaan sang penunggu kawasan Cirahong saat itu," kata Kang Behring.

Terlepas benar atau tidaknya cerita sang pengantin yang dijadikan persembahan, tetapi ucap kang Behring melegenda dari mulut ke mulut hingga saat ini sehingga membuat penasaran masyarakat luar untuk berkunjung ke Cirahong.

Berharap Perhatian Pemerintah

Baca Juga: Putuskan Tinggalkan Persib Bandung, Kim Kurniawan: Hatur Nuhun, Saya Pamit

Selain menyimpan cerita mitos, jembatan Cirahong yang jalur kendaraannya pakai balok kayu perlu perawatan tiap tahun. Alasannya karena hanya bisa dipasang balok kayu tanpa pengaspalan untuk mempermudah perawatan baja penyangga jembatan.

"Bantuan untuk perawatan yang rutin mah dari Ciamis. Mereka tiap tahun menganggarkan untuk penggantian balok kayu. Kalau dari Tasik mah lima tahun sekali. Sehingga kalau sebelum lima tahun dan ada kayu yang rusak, jadi beban kami sebagai petugas jalur. Kalau satu dua mah bisa, tapi ini kan rusaknya lebih dari lima," kata Kang Behring.

Atas kondisi ini, ia dan rekan petugas pernah menyampaikan ke pihak UPTD Teknis tekait di Manonjaya. Tetapi sampai saat ini belum ada realisasinya.

Baca Juga: KPK Temukan Uang Rp1 Miliar Saat OTT Gubernur Sulawesi Selatan, Fahri Hamzah: Jangan Hanya yang di Restoran!

Ia dan warga lainnya berharap Pemkab Tasikmalaya menganggarkan pergantian balok kayu setahun sekali seperti yang dilakukan Pemkab Ciamis untuk memberikan jaminan keselamatan pengguna kendaraan yang melintas di jembatan Cirahong.

"Mohon diperhatikan, lah. Kan ini demi keselamatan jiwa warga Pak Bupati Tasik juga,"katanya berharap sekaligus mengakhiri perbincangan.*** (Teguh Arifianto/Kabar-Priangan.com)

Editor: Agil Hari Santoso

Sumber: Kabar Priangan

Tags

Terkini

Terpopuler