Hybrid Media Dianggap Jadi Solusi Kampanye, Pengamat: Ada 3 Saluran Politik yang Bisa Dimanfaatkan

- 10 November 2020, 17:03 WIB
Pengamat Komunikasi Politik , Adiyana Slamet
Pengamat Komunikasi Politik , Adiyana Slamet /www.instagram.com/vivere_adi/

PR TASIKMALAYA - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020, terus dilakukan dimasa Pandemi Covid-19.

Calon Kepala Daerah (Cakada) di Jawa Barat, tengah berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin di kota atau kabupaten.

Akan tetapi, pandemi Covid-19, menjadi penghalang bagi Cakada untuk mempromosikan dirinya dan melakukan kampanye agar tidak menyebabkan klaster penyebaran baru.

Baca Juga: Jadi Sumber Penyakit, Berikut 3 Tanaman yang Dapat Mengusir Nyamuk

Akan tetapi, majunya perkembangan teknologi, seharusnya tidak menjadikan habatan bagi para Pasangan Calon (Paslon) Kepala Daerah untuk mengkampanyekan dirinya.

Apalagi untuk menyuarakan visi misinya untuk mengenakan kepada masyarakat dan dapat menentukan pilihannya pada 9 Desember mendatang.

"Pandemi ini memberikan tantangan baru bagi paslon untuk berlomba-lomba memikat hati masyarakat, dengan keterbatasan pertemuan tatap muka," ujar Pengamat Komunikasi Politik, Adiyana Slamet Selasa 10 November 2020 dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dalam RRI.

Baca Juga: Negara-Negara di Eropa Terkena Gelombang Kedua Pandemi, Sri Mulyani: Situasi di Indonesia Lebih Baik

"Tetapi di tengah kemajuan teknologi, Hybrid Media system bisa menjadi solusi untuk meningkatkan rasa percaya masyarakat terhadap paslon," sambungnya.

Pasalnya, lanjut Adiyana kepada PikiranRakyat-Tasikmalaya.com, secara geografis dan demografis hal ini akan berimplikasi pada segmentasi pemilih.

"Ambil contoh di masyarakat urban akses informasi mayoritas didapatkan dari medis sosial," ujar Adiyana.

"Atau pada segmentasi-segmentasi tertentu didominasi lembaga penyiaran untuk mendapatkan informasi politik ditengan pilkada serentak glombang ke empat ini" tambahnya.

Baca Juga: Jokowi Beri Gelar Pahlawan Nasional pada 6 Tokoh, dari Sultan Baabullah Hingga Arnold Mononutu

Ia juga menjelaskan, Hybrid Media System adalah kombinasi pemanfaatan seluruh basis media dan komunitas yang bisa digunakan sebagai saluran politik paslon.

"Ada tiga saluran politik yang bisa dimanfaatkan saat ini, yaitu pertama media baru (medsos) yang presentasi di Jawa Barat data yang saya dapatkan penggunannya 32 persen," ujarnya. 

Kedua adalah media mainstream atau penetrasi media menurut Nielsen Consumer Media View 2019.

Menurtunya, Televisi masih merajai masyarakat menonton, begitu juga dengan radio yang masih banyak didengarkan.

Baca Juga: Tak Selalu Diartikan Negatif, Bahasa Tubuh Menyilangkan Tangan Bisa jadi Tanda Sedang Berfikir

Ketiga, basis komunitas seperti kelompok adat, komunitas-komunitas pemuda atau para tokoh masyarakat dengan mengutamakan keberpihakan visi misi terhadap komunitas.

Menurutnya, ketiga media tersebut memiliki basis pengguna yang kuat.

Sehingga perlu dimanfaatkan dengan maksimal untuk meningkatkan elektabilitas, popularitas dan akseptabilitas.

"Pemanfaatan ketiganya ini sangat berpengaruh terhadap elektabilitas, kepercayaan publik dan pastinya bisa meningkatkan partisipasi publik untuk menyalurkan hak pilih mereka," imbuhnya.

Baca Juga: Sejak 2004 Hingga 2020, KPK Catat Kepala Daerah di 26 Provinsi Lakukan Korupsi

"Meski begitu masyarakat yang hendak memilih juga harus senantiasa memperhatikan kualitas dari paslon yang diyakini bukan sekedar memilih haya karena pamornya saja, guna melahirkan kepala daerah yang berkualitas dan siap membangun daerahnya," tutupnya.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x