Garda Terdepan Membantu Palestina, 99 Anggota UNRWA Jadi Korban Jiwa Akibat Penyerangan Israel

- 10 November 2023, 16:12 WIB
Pria Palestina membawa seorang gadis yang terluka di lokasi serangan Israel, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 14 Oktober 2023.
Pria Palestina membawa seorang gadis yang terluka di lokasi serangan Israel, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 14 Oktober 2023. /Reuters/Yasser Qudih/

 

PR TASIKMALAYA - Anggota  The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) atau yang dikenal dengan komisi PBB untuk Palestina, menjadi korban jiwa dalam konflik Palestina-Israel. Tercatat 99 orang menjadi korban jiwa.

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan lembaga internasional yang mendapatkan mandat dari seluruh negara di dunia untuk menjaga perdamaian kehidupan antar negara. Oleh karena itu, PBB menjadi lembaga terdepan dalam membahas dan memberikan sikap dalam isu-isu terkait ini.

Untuk mendorong perdamaian di konflik Palestina-Israel, PBB membentuk satuan tugas UNRWA guna membantu para pengungsi Palestina, akibat dampak konflik tersebut.

Dalam melakukan tugasnya dalam 1 bulan konflik ini, banyak anggota UNRWA yang telah menjadi korban jiwa.

Baca Juga: Dubes Palestina Ucap Terima Kasih atas Dukungan Indonesia

"Bulan yang lalu menjadi bulan yang menyakitkan bagi UNRWA," jelas Lazzarini, selaku Komisaris utama UNRWA, pada Jumat, 10 November 2023, seperti dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara.

Ia menambahkan bahwa dalam kurun waktu tersebut tercatat 99 orang anggotanya menjadi korban jiwa di Gaza, mereka terdiri dari pria dan wanita. Ini menjadi jumlah terbesar dalam dekade ini, mengenai jumlah tenaga relawan PBB yang terbunuh.

Komisaris Umum Agen PBB ini menyatakan bahwa berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Palestina, sekitar 10.000 orang Palestina menjadi korban jiwa dalam konflik ini, yang dimulai pada 7 Oktober 2023 hingga saat ini.

"Pembunuhan terhadap ribuan anak-anak (di Gaza) tidak bisa dianggap sebagai jaminan kerugian," tegasnya.

Baca Juga: Update Konflik Israel-Palestina: Tank-tank Tempur Kepung Jantung Kota Gaza

Lazzarini menambahkan saat ini jutaan warga meninggalkan rumah, kemudian mereka terpusat di daerah-daerah yang kekurangan infrastruktur yang merupakan "pengungsian darurat". Juga kekurangan makanan, air, dan obat-obatan menjadi penderitaan bersama.

"Serangan militer Israel dan kekerasan pemukim di Tepi Barat menyebabkan peningkatan jumlah kematian warga Palestina," tutur Lazzarini.

Berdasarkan hasil kunjungannya pada pekan lalu, ia melihat untuk pertama kalinya setelah terjadi perang, sekolah yang dibangun oleh UNRWA menjadi rumah bagi ribuan pengungsi. Melihat kondisi seperti itu menjadi peristiwa yang sangat menyedihkan baginya.

"Sebelumnya Anak-anak menggunakan sekolah ini untuk belajar dan tertawa. Namun hari ini mereka meminta sepotong roti dan seteguk air," ujarnya.

Baca Juga: Makin Ganas, Israel Kembali Serang Sejumlah Rumah Sakit di Palestina

Terhitung lebih dari 700.000 orang pengungsi yang hidup di 150 sekolah UNRWA dan beberapa bangunan di sepanjang jalur Gaza. Tempat pengungsian yang dimiliki oleh UNRWA saat ini telah penuh sesak oleh para pengungsi, dengan kondisi sedikitnya makanan, air, dan privasi.

Tak hanya itu, kondisi sanitasi yang buruk seakan menjadi ancaman besar bagi kesehatan warga Palestina.

Baru-baru ini, Konferensi Kemanusiaan untuk Warga di Gaza telah diluncurkan di Paris. Konferensi ini diikuti oleh Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Yildiz; Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh; Presiden Komisi Eropa, Ursula Von Der Leyen; dan Dewan Eropa, Charles Michel.

Dalam pidato pembukaan pada konferensi tersebut, Presiden Perancis, Emmanuel Macron, menyatakan  bahwa negaranya akan memberikan tambahan bantuan senilai 80 Euro untuk bantuan kemanusiaan warga Palestina.***

Editor: Wulandari Noor

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah