Dilarang Kuliah, Perempuan Afghanistan: Saya Mati Rasa

- 22 Desember 2022, 14:37 WIB
Perempuan di Afghanistan dilarang untuk berkuliah.
Perempuan di Afghanistan dilarang untuk berkuliah. /REUTERS/Ali Khara

PR TASIKMALAYA - Taliban telah mengumumkan bahwa Perempuan Afghanistan dilarang untuk mengakses pendidikan tinggi pada Selasa, 21 Desember 2022.

Kementerian Pendidikan Tinggi Afghanistan telah mengirimkan surat kepada universitas dan menginstruksikan mereka untuk menolak para mahasiswi.

Maryam, seorang mahasiswi ilmu politik sedang menyelesaikan tugasnya pada selasa malam, saat itu tunangannya menghubungi dan mengatakan bahwa Taliban telah melarang semua perempuan mengikuti kuliah di universitas.

"Dia mengatakan pada saya, 'saya sangat menyesal, kamu tidak akan dapat mengikuti ujian akhir, universitas telah ditutup untukmu'. Hati saya berdarah sejak mendengar kata-kata itu," ujarnya dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Aljazeera.

Baca Juga: Tes IQ: Bisa Lihat 5 Perbedaan pada Gambar? Butuh 13 Detik bagi si Cerdas Menemukan Semuanya

Nida Mohammad NadimNadim selaku Menteri Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa Taliban meminta semua universitas negeri dan swasta untuk menangguhkan pendidikan para mahasiswi sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Gerbang beberapa universitas terkemuka diblokir oleh kendaraan-kendaraan Taliban pada Rabu pagi, 21 Desember 2022 dalam upaya mencegah mahasiswi masuk kampus.

Larangan mengakses pendidikan tinggi muncul setelah para perempuan di Afghanistan mengikuti tes masuk universitas pada Oktober lalu.

Sejak berkuasa satu tahun lalu, Taliban telah melarang anak-anak perempuan masuk sekolah menengah atas.

Baca Juga: Khofifah Konfirmasi Tak Ada Dokumen yang Dibawa saat Penggeledahan Penyidik KPK, tapi...

Sebelum larangan tersebut diumumkan, Maryam telah belajar dua jam terakhir untuk mempersiapkan ujiannya yang dijadwalkan dalam beberapa hari mendatang.

Saat ini ia telah berada di semester akhir dan bertekad untuk tetap menyelesaikannya meskipun keadaan suram di negaranya.

"Setiap hari saya pergi bekerja, dan kemudian menghadiri kelas di malam hari, dan belajar sampai larut malam, sehingga saya dapat mencapai impian saya dan melayani negara saya," kata Maryam.

"Saya harus mengirim esai ke universitas lain untuk beasiswa master, tetapi tangan dan kaki saya mati rasa. Saya tidak bisa menuliskan kata-kata. Saya ingin menangis, tapi saya tidak bisa menangis. Saya merasa seperti dihukum karena memiliki harapan dan impian," tuturnya.

Baca Juga: Catat, Ini Tanggal Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023

Trauma atas kehilangan digaungkan oleh para wanita di Afghanistan.

"Saya terdiam ketika pertama kali mendengar berita itu. Saya masih tidak memiliki kata-kata untuk menggambarkan rasa sakit yang saya rasakan di hati," kata Sahar, mahasiwi ilmu komputer.

Sahar saat ini berada di tahun terakhir kuliahnya, ia berharap bisa mendaftar kuliah lanjutan untuk meraih gelar master di bidang yang sama.

"Saya sedang mencari kursus untuk pendidikan lanjutan, dan bahkan mempertimbangkan universitas luar negeri. Sekarang saya merasa masa depan saya tidak lagi berada dalam kendali saya," ujarnya.

Baca Juga: 4 Cara Ungkapkan Rasa Cinta pada Ibu untuk Peringati Hari Ibu, Pastikan Kamu Melakukannya!

"Jika saya tidak kuliah, hidup saya tidak ada artinya, tidak ada nilainya," katanya menambahkan.

Madina, seorang dosen universitas negeri di Afghanistan memberikan tanggapannya terkait pelarangan perempuan mengakses pendidikan tinggi oleh Taliban.

"Sejujurnya saya terkejut, mereka membiarkan gadis-gadis itu tetap di universitas selama setahun penuh," ujarnya.

"Mahasiswi-mahasiswi saya menangis. Anak-anak ini memiliki mimpi dan harapan yang mereka jaga bahkan selama semua kehilangan dan krisis selama 16 bulan terakhir," kata Madina.

Baca Juga: Berikut 3 Zodiak dengan Horoskop Terbaik Hari ini, 22 Desember 2022! Ada Taurus

Dikutip dari The Guardian, larangan tersebut menuai kecaman dari pemerintah dan berbagai lembaga internasional.

"Sikap yang tidak dapat diterima ini akan memiliki konsekuensi yang signifikan bagi Taliban dan akan semakin mengasingkan Taliban dari komunitas internasional," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Ned Price.

Sementara itu Ramiz Alakbarov, wakil perwakilan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Afghanistan, sangat prihatin atas apa yang menimpa para perempuan Aghanistan.

"Pendidikan adalah hak asasi manusia yang fundamental. Pintu yang tertutup bagi pendidikan perempuan adalah pintu yang tertutup bagi masa depan Afghanistan," cuitnya di Twitter.

Baca Juga: Link Twibbon Hari Ibu 22 Desember 2022, Cocok Dipasang di Status WA

Tahun lalu Taliban juga mendapat kecaman dunia saat mengizinkan anak laki-laki kembali ke sekolah sementara anak perempuan diminta untuk tetap tinggal di rumah.***

Editor: Aghnia Nurfitriani

Sumber: The Guardian Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x