Baca Juga: Khofifah Konfirmasi Tak Ada Dokumen yang Dibawa saat Penggeledahan Penyidik KPK, tapi...
Sebelum larangan tersebut diumumkan, Maryam telah belajar dua jam terakhir untuk mempersiapkan ujiannya yang dijadwalkan dalam beberapa hari mendatang.
Saat ini ia telah berada di semester akhir dan bertekad untuk tetap menyelesaikannya meskipun keadaan suram di negaranya.
"Setiap hari saya pergi bekerja, dan kemudian menghadiri kelas di malam hari, dan belajar sampai larut malam, sehingga saya dapat mencapai impian saya dan melayani negara saya," kata Maryam.
"Saya harus mengirim esai ke universitas lain untuk beasiswa master, tetapi tangan dan kaki saya mati rasa. Saya tidak bisa menuliskan kata-kata. Saya ingin menangis, tapi saya tidak bisa menangis. Saya merasa seperti dihukum karena memiliki harapan dan impian," tuturnya.
Baca Juga: Catat, Ini Tanggal Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023
Trauma atas kehilangan digaungkan oleh para wanita di Afghanistan.
"Saya terdiam ketika pertama kali mendengar berita itu. Saya masih tidak memiliki kata-kata untuk menggambarkan rasa sakit yang saya rasakan di hati," kata Sahar, mahasiwi ilmu komputer.
Sahar saat ini berada di tahun terakhir kuliahnya, ia berharap bisa mendaftar kuliah lanjutan untuk meraih gelar master di bidang yang sama.
"Saya sedang mencari kursus untuk pendidikan lanjutan, dan bahkan mempertimbangkan universitas luar negeri. Sekarang saya merasa masa depan saya tidak lagi berada dalam kendali saya," ujarnya.