Peneliti dari Berbagai Negara Temukan Bibit-bibit Pandemi Baru di Tiongkok

- 17 November 2021, 13:40 WIB
Ilustrasi. Ilmuwan dan peneliti dari negara-negara berbeda menemukan bibit baru pandemi yang berasal dari Tiongkok.
Ilustrasi. Ilmuwan dan peneliti dari negara-negara berbeda menemukan bibit baru pandemi yang berasal dari Tiongkok. /REUTERS/Tingshu Wang

PR TASIKMALAYA - Sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan, menemukan bahwa Tiongkok memiliki bibit-bibit lain untuk pandemi baru.

Diketahui bibit pandemi tersebut berasal dari daging spesies hewan liar yang dijual di pasar di Tiongkok dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari News.com.au.

Penelitian itu juga mengklaim telah menemukan lusinan virus yang menempel pada daging hewan eksotis di industri makanan seluruh Tiongkok.

Baca Juga: Peneliti Temukan 18 Virus Mematikan di Pasar Ikan Tiongkok, Dikhawatirkan Picu Pandemi Seganas Covid-19

Menurut ilmuwan, dengan maraknya konsumsi daging hewan liar di Tiongkok, maka hanya tinggal menunggu waktu untuk pandemi baru terjadi.

Studi ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Australia, Tiongkok, Amerika Serikat dan Belgia.

Penelitian itu pun menyebut telah mengidentifikasi transmisi lintas spesies dari beberapa virus hewan.

Baca Juga: Awal Tahun 2022, Pemain Harry Potter Adakan Reuni Sambut 20 Tahun Film Legenda tersebut!

Penemuan ini juga termasuk coronavirus dari kelelawar yang menular pada hewan luwak.

Kemudian virus pneumovirus babi yang ditemukan pada trenggiling dan coronavirus dari burung yang ditemukan pada landak.

Studi pada patogen virus ini menemukan bahwa hewan-hewan tersebut membawa berbagai macam penyakit yang mengancam manusia dan hewan lain.

Baca Juga: Usai Keluar dari Penjara Myanmar, Jurnalis AS Janjikan Upaya Pembebasan Tahanan Politik Lain

Dari penelitian terhadap lebih dari selusin spesies hewan buruan yang dijual dan dimakan sebagai makanan eksotis, ditemukan 71 virus mamalia.

Ke-71 virus mamalia tersebut diyakini sebagai patogen, atau parasit yang mampu menimbulkan penyakit pada inangnya, yang akan muncul.

Jumlah ini termasuk 18 virus yang dianggap berpotensi berisiko tinggi bagi manusia dan hewan peliharaan.

Baca Juga: Dikenal sebagai Bersaudara Terkaya di Dunia, Inilah Sederetan Makanan Mahal Favorit Ketiga Anak Cambridge!

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Mirror, Edward Holmes, ahli biologi evolusi di University of Sydney, memberikan pernyataannya.

Menurutnya, penelitian ini menyorot dengan tepat mengapa perdagangan satwa liar dan pasar hewan hidup adalah pandemi yang menunggu untuk terjadi.

"Makalah ini juga menunjukkan bahwa manusia secara teratur menularkan virus mereka ke hewan," katanya.

Baca Juga: Caesar Hito Unggah Potret Haru Sambil Gendong Baby Bible, Suami Felicya Angelista: Maaf...

"Jelas ada lalu lintas virus dua arah," tambahnya.

Penelitian yang dirilis pada Jumat, 12 November 2021, itu menunjukkan bahwa hewan karnivora Luwak membawa mikroba yang paling mengkhawatirkan.

Penelitian ini didukung oleh National Key Research and Development Program of China serta lembaga-lembaga lainnya.

Baca Juga: Masyarakat DKI Jakarta Belum Butuh Vaksin Dosis Ketiga, Wagub: Prioritas Tenaga Kesehatan dan Publik

Edward Holmes mengatakan bahwa spesies seperti virus yang melompat dari musang ke manusia dapat dengan mudah memulai wabah besar.

“Hewan yang dijual sebagai hewan buruan di pasar hewan hidup membawa berbagai macam virus patogen," tytyr Edward Holmes masih dilansir dari news.com.au.

Editor: Ghassan Faikar Dedi

Sumber: Mirror News.au.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah