PR TASIKMALAYA - China menuntut layanan pengujian Covid-19 yang lebih cepat dan mudah diakses, dalam upaya terbaru untuk memperkuat kebijakan tanpa toleransi terhadap Covid-19.
Pengujian massal adalah penanganan standar dalam menahan wabah yang ditularkan di dalam negeri pada tahun lalu, tetapi otoritas kesehatan mengatakan layanan pengujian tetap tidak memuaskan di beberapa bagian China.
Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Channel News Asia, China menghadapi gelombang infeksi baru, yang melibatkan hampir 200 kasus bergejala yang ditularkan secara lokal, di 12 wilayah provinsi sejak 17 Oktober.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Siapa yang Pertama Akan Ditolong?Jawabanmu Bisa Mengungkap Karakter Kamu!
Banyak yang terinfeksi berasal dari daerah terpencil di barat laut China, tanpa sumber daya kesehatan seperti yang terdapat di kota-kota besar di China.
“Kluster kecil dan infeksi sporadis telah terjadi di beberapa daerah, memperlihatkan masalah seperti lokasi lembaga pengujian asam neuklat yang tidak masuk akal, layanan yang tidak nyaman dan keterlambatan pengembalian hasil,” menurut laporan pemerintah pada Selasa 26 Oktober.
NHC mengatakan, lembaga pengujian harus menyediakan layanan 24 jam kepada publik dan berusaha untuk mendapatkan hasil dalam waktu enam jam, bagi mereka yang secara sukarela diuji, menurut laporan pemerintah.
Baca Juga: Persib Bandung Ganggu Mimpi Indah PSIS Semarang
NHC mengatakan pada bulan September, bahwa kota-kota dengan lebih dari 5 juta orang harus memiliki kapasitas untuk menguji setiap orang dalam waktu tiga hari.
Sementara China belum menyetujui alat tes mandiri untuk mendiagnosis Covid 19, tes swab yang memerlukan laboratorium profesional untuk memproses sampel tersedia secara luas.