Permudah Penangkapan Kelompok Uighur, Pemerintah Tiongkok Diduga Sengaja Tanam Teknologi Canggih

- 3 September 2021, 17:35 WIB
Warga Uighur di Xinjiang, Tiongkok - Untuk mempermudah penangkapan Suku Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya, pemerintah Tiongkok diduga sengaja tanam teknologi canggih.
Warga Uighur di Xinjiang, Tiongkok - Untuk mempermudah penangkapan Suku Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya, pemerintah Tiongkok diduga sengaja tanam teknologi canggih. /REUTERS/Thomas Peter.

PR TASIKMALAYA – Seorang ahli teknologi dari Amerika Serikat (AS), Geoffrey Cain, mengklaim bahwa pemerintah pusat Tiongkok yang berada di Beijing telah sengaja menanam sistem canggih yang mempermudah mereka menangkap Suku Uighur serta kelompok minoritas Muslim lainnya.

Teknologi canggih yang dipakai pemerintah Tiongkok kabarnya merupakan kecerdasan buatan berskala besar yang secara khusus bertugas mengawasi pergerakan Suku Uighur dan kelompok minoritas muslim lainnya yang tinggal di Negeri Tirai Bambu.

Partai Komunis China (PKC) sengaja menanam kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang bisa mendeteksi serta membuat umat Muslim Tiongkok ditangkap cuma gegara hal sepele.

Baca Juga: Nasib Karier Amanda Manopo Diterawang Bagus, Ahli Tarot Justru Beri Peringatan: Bukan Masalah Baru Tetapi…

Hal sepele yang dimaksud sebagaimana dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman Express, seperti menumbuhkan janggut.

“AI berskala besar ini mengolah data yang dikumpulkan untuk memutuskan apakah seseorang bakalan menjadi kriminal di masa depan dan perlu diawasi lebih jauh, hingga akhirnya diputuskan harus dibawa ke kamp konsentrasi untuk dicuci otak,” jelas Geoffrey Cain.

Begitu pemeriksaan oleh AI selesai dilakukan, umat Muslim secara acak bisa langsung ditangkap dan dikirim ke kamp edukasi ulang yang berlokasi di Xinjiang.

Baca Juga: Tuai Kontroversi, Manager Amanda Manopo Turut Komentar dan Beri Peringatan: Netizen Tolong yang Pintar

Menurut banyak laporan yang beredar, kamp edukasi ulang sebagaimana pemerintah Tiongkok menyebutnya, lebih seperti kamp penyiksaan.

Laporan yang diterima pemerintah AS menyebutkan bahwa kamp-kamp di Xinjiang dipakai pemerintah Tiongkok untuk mempekerjakan Suku Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya secara paksa.

Selain itu, di kamp itu juga dilaporkan terjadinya pelecehan seksual.

Baca Juga: Coki Pardede Cerita Pilihan Hidup, Akui Ada Keindahan dalam Setiap Kepercayaan

Akan tetapi laporan yang diterima pemerintah AS ini masih belum bisa dipastikan kebenarannya.

Sebab pemerintah Tiongkok bersikeras bahwa kamp-kamp di Xinjiang dibangun untuk menampung umat Muslim yang diwajibkan menjalani pendidikan ulang soal dasar-dasar negara.

Agar mereka tidak memiliki pemikiran ekstrimis.

Baca Juga: Sinopsis The Colony, Film Seru Tentang Pandemi Flu dan Bencana Cuaca, Tayang Malam Ini di Trans TV!

Penjelasan pemerintah Tiongkok ini kemudian mendapatkan bantahan langsung dari Geoffrey Cain.

Kepada Express, sang ahli teknologi asal Amerika tersebut mengakui dirinya terakhir kali pergi ke Xinjiang pada tahun 2017 silam.

Tepat di bulan Desember 2017, Geoffrey Cain mengunjungi Kota Kashgar yang merupakan tempat sakral dari sisi sejarah bagi Suku Uighur.

Baca Juga: Bukan Arya Saloka! Amanda Manopo Mendadak Unggah Foto Peluk Lelaki Lain: Sayang Banget!

Saat berkunjung ke sana, yang dilihat Geoffrey Cain bukanlah kota yang asri dan maju seperti kebanyakan kota besar di Tiongkok.

Melainkan sebuah kota yang seperti baru saja diserang bom nuklir.

Dan di mana-mana tersebar kamera pengawas yang menurut dugaan Geoffrey Cain dipakai untuk mengawasi para pekerja paksa yang berasal dari Suku Uighur.

Baca Juga: Sederet Kontroversi Coki Pardede Sebelum Dibekuk Kepolisian Atas Kasus Narkoba, Salah Satunya Soal Covid-19

Lebih jauh, Geoffrey Cain berkomentar soal tuduhan parlemen Inggris yang menyebut pemerintah pusat Beijing telah melakukan genosida kepada sejumlah kelompok Muslim di Tiongkok.

Geoffrey Cain membenarkan bahwa genosida memang terjadi di sana.

Cara genosida paling jelas yang dilakukan di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping sejak tahun 2012 silam yaitu dengan hanya memperbolehkan Tiongkok diisi oleh Suku Han dan tidak ada suku lainnya.

Baca Juga: Dicap Artis Paling Galak di Ikatan Cinta, Amanda Manopo Singgung Kerap Sial Terkait Hal Ini

Sehingga identitas Suku Uighur termasuk kebudayaan, bahasa, dan agama mereka harus dihapuskan.

“Langkah ini dimulai dari generasi muda (Suku Uighur) yang dibesarkan seperti orang Suku Han yang salah satunya disuruh mengkonsumsi daging babi. Padahal babi diharamkan umat Muslim,” jelas Geoffrey Cain.

Hingga berita ini diturunkan, pemerintah pusat Tiongkok di Beijing masih bersikeras membantah telah melanggar hak asasi manusia (HAM) yang dimiliki Suku Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya yang bermukim di Negeri Tirai Bambu.

Baca Juga: Turut Berkomentar Soal Video Amanda Manopo dan Arya Saloka yang Viral, Betari Ayu: Kurang Pantas

Pendirian kamp-kamp di Xinjiang bukan untuk menyiksa atau memaksa umat Muslim menjalani kerja paksa melainkan untuk melakukan edukasi ulang agar selaras dengan gaya hidup yang dianut Tiongkok.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah