Seni Lukis Korea yang Terpengaruh Gaya Barat, Tiongkok, dan Jepang di Abad 20

- 5 Juli 2021, 19:00 WIB
Pada masa awal pendudukan Jepang, tradisi lukisan Korea dipelopori oleh Cho Sok-chin dan An Chung-shik.*
Pada masa awal pendudukan Jepang, tradisi lukisan Korea dipelopori oleh Cho Sok-chin dan An Chung-shik.* /Pixabay/tranmautritam/

PR TASIKMALAYA – Pada masa awal pendudukan Jepang, tradisi lukisan Korea dipelopori oleh Cho Sok-chin dan An Chung-shik.

Cho adalah pelukis istana terakhir dari masa dinasti Joseon, dan An adalah pelukis pemberani terakhir dari Korea.

Gaya pelukis Korea dikaburkan oleh gaya dari Tiongkok masa Dinasti Qing, dengan penekanan kepada teknik tekanan ujung jari.

Baca Juga: Rekam Keramaian Tanpa Jaga Jarak di Restoran Selama Pandemi Covid-19, Wanita Ini Sebut Pemerintah Zalim

Tahun 1911 Masehi, keluarga kerajaan Joseon Korea mendirikan akademi seni lukis.

Akademi seni lukis itu mengembangkan gaya tradisional Korea, dan meski dibubarkan pada tahun 1919, sejumlah pelukis ternama berhasil dilahirkan di masa itu.

Tahun 1930 gaya lukisan Korea mulai berubah karena pengaruh dari Jepang dan juga Eropa.

Baca Juga: Kepergok Sebut ‘Menantuku’, Ini Alasan Dibalik Restu Maia Estianty untuk Dul Jaelani dan Tissa Biani

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman Britannica pada Senin, 5 Juli 2021 tahun 1922 Jepang meresmikan pameran tahunan untuk para seniman Korea.

Acara itu dibuat untuk mempromosikan sebuah gaya lukisan akademik yang baru.

Satu-satunya fasilitas moderen untuk belajar melukis, baik Asia maupun Eropa, adalah bahasa Jepang.

Baca Juga: Seolah Ingin Bantah Isu Hamil hingga Miliki Anak Perempuan dari Ayus, Begini Unggahan Terbaru Nissa Sabyan

Meski ada perlawanan dari kaum tradisionalis Korea, pengaruh Jepang tidak tertahankan.

Pelukis terkenal di masa tersebut bernama Kim Un-ho, Yi Sang-bom, Ko Hui-dong, Yon Kwan-shik, dan No Su-hyon.

Setelah Perang Dunia II, lukisan tradisional Korea mulai mengambil gaya ekspresi moderen, seperti bisa dilihat dari hasil karya kelompok pelukis radikal seperti Kim Ki-ch’ang, Pak Nae-hyon, dan Pak No-su.

Baca Juga: Imigrasi Sebut Belum Dapat Laporan Soal 20 TKA Tiongkok, Faisal Basri: Belum Dapat Laporan atau Tutup Mata?

Pengenalan gaya Barat ke Korea melalui Tiongkok di abad 18 hampir tidak memiliki catatan sejarah.

Tahun 1899 seorang pelukis Belanda diundang ke istana Joseon Korea untuk melukis potret raja dan putra mahkota. Ini dinilai menghina pelukis tradisional istana Korea.

Ketika Ko Hui-dong kembali dari masa studi mempelajari teknik lukisan cat minyak di Jepang, dia diejek di depan umum ketika ingin melukis menggunakan cat minyak.

Baca Juga: Diduga Akan Laporkan Jerinx SID karena Sering Bahas Tuduhan Endorsement Covid-19, Begini Tanggapan Adam Deni

Selama pendudukan Jepang, gaya paling umum dari lukisan cat minyak Korea menampilkan potret sederhana tentang sekolah yang berakar pada tradisi Impresionisme.

Pelukis Korea terkenal dari aliran ini adalah Yi Chong-u, To Sang-bong, Kim In-sung, dan Pak Tuk-sun.

Seni lukis Barat memperkenalkan penggambaran realistis dengan ilusi tiga dimensi, dan sebuah konsep yang menyatakan bahwa kesenian adalah perwujudan pikiran pribadi, bukan pekerjaan.

Baca Juga: Ungkap Kriteria dari Orang Tua untuk Calon Suaminya, Ayu Ting Ting: Berat

Gaya lukisan moderen Korea berkembang ke dua arah; lukisan gaya Barat yang dilakukan dan dilatih oleh seniman Jepang serta menghasilkan karyawan seperti Ko Hui-dong, Lee In-sung, dan Kim Hwan-ki.

Gaya Timur dipraktikkan oleh seniman Korea mencakup Lee Sang-bom dan Kim Eun-he. Mereka menggunakan tinta tradisional atau tinta berwarna dalam melukis.

Pertengahan tahun 1950-an muncul gerakan yang dipelopori seniman muda disebut Informel. Gerakan ini mengekspresikan sebuah ketertarikan dari spontanitas dan subjektivitas ekspresi dari seni abstrak Barat kontemporer.

Baca Juga: Akui Diri Sebagai Pelakor, Mina Eks AOA Resmi Putus dari Pacar Barunya

Seni Monokrom di Korea muncul tahun 1970an sebagai upaya untuk membuat seni lukisan Korea yang sesungguhnya.

Tahun 1980 pelukis Korea yang disebut Minjung Misul atau Seniman Rakyat mulai mengeksplorasi cipta bertema sosial dan terkait dengan protes politik di dekade tersebut.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Britannica


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah