Sebagian besar masyarakat Kerajaan Silla berprofesi sebagai petani yang menggarap lahan masing-masing.
Bangsawan mendominasi posisi administratif negara dengan kekayaan mereka yang datang dari perdagangan serta tanah negara hasil pengelolaan budak.
Budak ini biasanya diambil dari penjara dan juga mantan narapidana.
Baca Juga: Juluki Meghan Markle 'Putri Pinokio', Piers Morgan Dikabarkan Kembali ke Good Morning Britain
Pemuda bangsawan Kerajaan Silla dididik dalam Hwarang, Sistem Anak-anak Bunga. Meskipun diajarkan tentang ajaran kasih sayang, mereka diajarkan juga tentang perang dan heroisme.
Ada tiga kasta dalam sistem sosial Kerajaan Silla, sacred bone (seonggol), true bone (jingol), dan head rank (tupum).
Sistem sosial ini membedakan orang mulai dari warna pakaian yang dapat mereka pakai, kendaraan yang boleh digunakan, ukuran rumah yang harus ditinggali, dan tentunya tidak ada mobilitas sosial vertikal ke atas dalam sistem ini.
Baca Juga: Pangeran Charles Dikabarkan ‘Menolak’ Kepulangan Pangeran Harry ke Inggris
Sangat kaku dan para ahli sejarah memperkirakan ini adalah salah satu faktor dari runtuhnya Kerajaan Silla.
Kesenian dari masa Kerajaan Silla yang terkenal berasal dari emas dan perunggu. Itu didapatkan dari penggalian di berbagai kuburan batu masa Kerajaan Silla.