Tidak Peduli Siapa yang Berkuasa, Kim Jong-Un: AS Masih Menjadi Musuh Terbesar Kami

- 9 Januari 2021, 12:55 WIB
Potret Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara.
Potret Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara. /Instagram.com/@kimjongunofficial


PR TASIKMALAYA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyebutkan bahwa Amerika Serikat sebagai musuh terbesar mereka.

Kim Jong-un juga mengatakan juga bahwa kebijakan permusuhan Washington terhadap Korea Utara tidak akan berubah, terlepas siapa menempati Gedung Putih.

Dalam sebuah kongres di Pyongyang, Kim Jong-un menyebutkan dengan mencabut kebijakan bermusuhan itu akan menjadi kunci hubungan Korea Utara-AS.

Baca Juga: Said Didu Akui Tak Pernah Lihat Gelandangan di Thamrin, Ferdinand: Makanya Turun dari Mobil

"Kegiatan politik luar negeri kami harus difokuskan dan diarahkan untuk menundukkan AS, musuh terbesar kami dan hambatan utama bagi perkembangan inovatif kami," kata Kim pada hari Jumat, menurut laporan KCNA dalam sambutannya, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya dari The New Daily Sabtu 9 Januari 2020.

"Tidak peduli siapa yang berkuasa di AS, sifat asli AS dan kebijakan fundamentalnya terhadap Korea Utara tidak pernah berubah," kata Kim, bersumpah untuk memperluas hubungan dengan "pasukan anti-imperialis, independen" dan menyerukan perluasan hubungan nuklir kemampuan.

Sementara itu, hingga kini belum ada komentar langsung dari Departemen Luar Negeri AS terkait ucapan Presiden Korut tersebut.

Baca Juga: Buntut Panjang ‘Like’ Konten Porno di Twitter, APMI Laporkan Fadli Zon ke Bareskrim

Biden, yang merupakan wakil presiden di bawah Presiden Barack Obama, menyebut Kim sebagai "preman" selama kampanye pemilihan, dan pada tahun 2019 Korea Utara menyebut Biden sebagai "anjing gila" yang perlu "dipukuli sampai mati dengan tongkat".

Biden mengatakan pada bulan Oktober dia hanya akan bertemu Kim dengan syarat bahwa Korea Utara akan setuju untuk menurunkan kapasitas nuklirnya.

Kim meminta lebih banyak penelitian dan pengembangan peralatan militer canggih, termasuk satelit mata-mata, senjata hipersonik, rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, dan drone pengintai.

Baca Juga: Fadli Zon Dilaporkan, Ferdinand: Kalau Polri Tindak Lanjuti akan Banyak Fakta Terbuka

Dia juga mengatakan penelitian hampir selesai pada kapal selam nuklir.

Kim mengatakan, Korea Utara tidak akan "menyalahgunakan" senjata nuklirnya, tetapi menyerukan untuk memperluas persenjataan nuklir negara itu, termasuk kemampuan serangan "pencegahan" dan "pembalasan" dan hulu ledak dalam berbagai ukuran.

Selain kebijakan AS dan pertahanan, Kim juga berbicara panjang lebar tentang proposal untuk rencana ekonomi lima tahun baru yang akan diumumkan di kongres, yang menurutnya akan terus fokus pada pembangunan ekonomi independen.

Baca Juga: Sempat Ditunda Gara-gara Pandemi Covid-19, Felicya Angelista dan Caesar Hito Akhirnya Resmi Menikah

“Benih dan tema dasar rencana pembangunan ekonomi lima tahun yang baru masih kemandirian dan swasembada,” ujarnya.

Di antara rencana tersebut adalah membangun pabrik baja hemat energi, secara signifikan meningkatkan produksi barang kimia untuk membuat industri mandiri, memproduksi listrik, dan mengamankan lebih banyak tambang batu bara, kata Kim.

Korea Utara menghadapi krisis yang meningkat yang disebabkan oleh sanksi internasional atas program nuklirnya, serta penguncian yang diberlakukan sendiri untuk mencegah wabah Virus Corona.

Baca Juga: Khawatir Hasut Kekerasan, Twitter Blokir Permanen Akun Donald Trump

Menanggapi Korea Selatan, Kim mengkritik Seoul karena menawarkan kerja sama di bidang "non-fundamental" seperti bantuan virus corona dan pariwisata, dan mengatakan Korsel harus berhenti membeli senjata dari dan melakukan latihan militer dengan AS.

Pernyataan itu muncul sehari setelah Kim mencari cara untuk memperbarui hubungan antar-Korea dan berjanji untuk memperluas hubungan diplomatik dalam sambutannya di kongres.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: The New Daily


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x