Prancis Jadi Negara yang Paling Memprovokasi Yunani, Menlu Turki: itu Terlihat Menggelikan

8 September 2020, 15:31 WIB
Pasukan Bersenjata Turki Gelar Latihan di Siprus utara di Tengah Ketegangan dengan Yunani.* /TRTWORLD

PR TASIKMALAYA - Menteri luar negeri Turki mengatakan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi "histeris" karena perkembangan dalam konflik Libya dan Suriah serta perselisihan tentang perbatasan laut di Mediterania Timur.

Hubungan antara sekutu NATO Turki dan Prancis telah memburuk karena kebijakan yang saling bertentangan di Suriah, perselisihan Libya dan Turki dengan Yunani atas sumber daya energi, dan kedua belah pihak telah saling berdebat dalam beberapa pekan terakhir.

Ankara menuduh Paris secara politik mendukung Khalifa Haftar dari Libya melawan pemerintah yang berbasis di Tripoli yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Baca Juga: Donald Trump Akui Kagumi Vladimir Putin, Mampu Kelola Rusia Bak Perusahaan Pribadi

Setelah sebelumnya memberinya bantuan militer untuk melawan militan Islam. Paris membantahnya.

"Di Libya mereka (Prancis) mendukung pemberontak Haftar dan membuat kesalahan besar. Banyak hal berubah, keseimbangan bergeser, Haftar dikalahkan dan Macron menjadi histeris," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.

Turki dan Prancis juga hampir bertikai pada bulan Juni setelah kapal perang Prancis berusaha memeriksa kapal Turki sebagai bagian dari embargo senjata PBB terhadap Libya.

Baca Juga: Challenge TikTok Berujung Maut, Gadis 15 Tahun Tewas usai Tenggak Obat Benardhyl

Cavusoglu juga mengatakan Turki telah menggagalkan harapan Prancis agar Haftar merebut ibu kota Libya dengan meminjamkan dukungan militer untuk Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA).

“Dengan histeria itu, dia tidak tahu harus berbuat apa. Tepat setelah itu, dia mengatakan kapal kami telah mengganggu kapal mereka di Mediterania timur tetapi tidak dapat mendokumentasikannya dan dipermalukan,” tambahnya, dikutip dari situs Reuters.

Prancis diketahui telah mendukung Yunani di Mediterania timur, bergabung dengan latihan militer dengan Italia, Yunani, dan Siprus.

Baca Juga: Satpol PP Jadi 'Mimpi Buruk' Manusia Silver, Dianggap Ganggu Ketertiban Umum

Hal itu terjadi di tengah konflik klaim Yunani-Turki atas landas kontinen di wilayah eksplorasi minyak dan gas alam.

Cavusoglu mengatakan Prancis adalah negara yang paling memprovokasi Yunani di Mediterania timur dan mendesak Paris untuk bekerja sama dengan Turki untuk mencapai stabilitas regional.

“Tidak perlu perilaku histeris seperti itu dari Prancis, itu membuat mereka terlihat menggelikan. Kami adalah dua negara anggota NATO," ujar Cavusoglu.

Baca Juga: Deklarasi KAMI di Jawa Barat Ditolak, Gatot Nurmantyo: Saya Tersenyum 100 Kali

Belum ada komentar langsung dari kantor Macron Elysee atau kementerian luar negeri Prancis atas pernyataan Cavusoglu.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler