“Maksudnya adalah biar yang nggak akur jadi akur,” katanya.
Dengan kata lain, tradisi ini menjadi cara untuk membersihkan hati, menghilangkan permusuhan, dan membuka pintu maaf di antara sesama. Lebih dari sekadar kelezatan masakan, tradisi ini mengajarkan nilai-nilai toleransi, pengertian, dan persatuan.
Buya Yahya menekankan pentingnya menciptakan suasana yang damai dan penuh kebaikan menjelang Ramadhan.
“Ya Allah enaknya Ramadhan begini… tidak ada permusuhan, tidak ada benci, tidak ada dengki memasuki Ramadhan, itu persiapan kita,” tegas Buya Yahya.***