Bukan Hilangkan Stres, Studi Justru Sebut Merokok sebagai Pemicu Depresi

28 November 2023, 16:58 WIB
Ilustrasi merokok. /Pexels/cottonbro

 


PR TASIKMALAYA - Merokok adalah salah satu kegiatan yang umumnya dianggap sebagai hal yang dapat menghilangkan kecemasan hingga depresi dalam diri.

Dampak dari bahaya merokok sudah lumrah dan banyak diketahui orang. Namun, sebuah temuan dari studi pada tahun 2015 justru mengungkapkan bahwa kegiatan itulah yang justru memantik adanya depresi.

Penelitian tersebut ditulis dalam sebuah jurnal yang terlampir di laman Plos One. Di mana peneliti ingin mencari adanya predisposisi depresi dari merokok terhadap depresi yang diderita.

Dalam simpulan singkatnya, depresi justru dapat ditemukan dua kali lebih berisiko pada orang yang merokok daripada orang yang tidak. 

Adapun ungkapan mengenai depresi sebagai penyebab dari adanya kegiatan merokok, belum dapat dijelaskan. Hanya yang jelas, beberapa pakar penelitian meyakini bahwa merokok justru bisa menyebabkan depresi.

Baca Juga: Penelitian Ungkap 10 Faktor Penyebab Kematian Dini, Merokok Jadi Urutan Kedua!

Di sisi lain, penelitian lainnya menyatakan bahwa orang yang tidak merokok memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Terutama dalam kesehatan mental dan dianggap lebih sedikit merasa cemas dan depresi.

Penulis dari penelitian ini adalah seorang Profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Universitas Ibrani Haddasah Braun, Yerusalem, Israel, Hagai Levine.

Dalam pelaksanaannya, studi ini menggunakan dua jenis dengan koresponden dari dua kampus. Pertama, dari Universitas Boegrad dengan 90.000 siswa dan kedua, Universitas Pristina dengan sekira 8.000 siswa. 

Kemudian dari semua itu, secara keseluruhan yang terdaftar sebagai koresponden sebanyak 2.138 siswa. Dalam tahap ini, semuanya melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin di rentang waktu antara April dan Juni 2009 di Universitas Boegrad.

Setelah itu, beberapa tahun berselang. Dalam rentang waktu antara Juni dan April 2015, penelitian ini kembali dilanjutkan di Universitas Pristina.

Baca Juga: Merokok Dapat Merusak Kulit? Berikut Penjelasannya

Di dalamnya, para peserta itu memberikan banyak informasi seperti status sosial, usia, tempat lahir, kondisi orang tua hingga riwayat penyakit kronis.

Selain itu, mereka juga diminta berbicara mengenai gaya hidup, aktivitas fisik, kebiasaan makan, merokok, dan asupan alkohol.

Adapun kategori perokok dalam penelitian ini adalah orang yang merokok satu batang per hari atau 100 batang per tahun. 

Untuk lebih mengetahui secara spesifik pada masalah kesehatan, seluruh peserta juga diberi 36 pertanyaan medis. Di antaranya terkait nyeri tubuh, vitalitas, fungsi fisik, kesehatan umum, fungsi peran, fungsi sosial, hingga kesehatan mental.

Skor yang dipatok adalah 0 sampai dengan 100 untuk masing-masing parameter pertanyaan. Hal itu untuk menilai diri peserta masing-masing.

Baca Juga: Tak Hanya Kecanduan, Merokok Ternyata Berpengaruh pada Kesehatan Mental

Pelibatan Beck Depression Inventory (BDI) juga dilakukan pada penelitian ini. Tujuannya adalah untuk menilai gejala depresi yang ada.

Perlu diketahui bahwa BDI ini terdiri dari 21 item di dalamnya. Dengan rincian tidak ada depresi di angka 0-13, depresi ringan pada 4-19, depresi sedang dari 20-28, dan depresi berat di angka 29-63.

Hasilnya, penelitian ini mengungkapkan bahwa jumlah BDI yang lebih tinggi dari perokok aktif itu bisa mencapai 2 sampai 3 kali lebih mungkin mengalami depresi.

Meski demikian, peneliti kemudian menyatakan bahwa perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk melihat lebih jauh keterkaitan antara merokok, kesehatan mental, dan kualitas hidup.***

Editor: Wulandari Noor

Sumber: Doctor NDTV

Tags

Terkini

Terpopuler