Network
PR TASIKMALAYA - Fenomena Pesulap Merah dengan Gus Samsudin membuat gentar dunia perdukunan.
Banyak dukun yang bermunculan ke publik dan buka suara dengan apa yang dilakukan oleh Pesulap Merah dan Gus Samsudin.
Ada yang pro dan kontra terhadap Pesulap Merah dan Gus Samsudin.
Berbeda dengan dukun yang sedikit menyentil Pesulap Merah, dukun yang mengaku pengawal Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, Daud Tony ini mengatakan hal yang sebaliknya.
Baca Juga: Tes Psikologi: Temukan Sisi Positif dan Negatif Anda Berdasarkan Gambar yang Dipilih
Menurut Daud Tony setuju dengan pernyataan Pesulap Merah.
"Kalo saya perhatiin si tentang Pesulap Merah ya, emang perkataan dia itu ada benarnya," ujar Daud.
Bahkan, Daud mengungkapkan hal yang cukup mengejutkan perihal dunia perdukunan di Indonesia.
Menurut Daud, sebagian besar dukun di Indonesia melakukan penipuan.
Baca Juga: Tes IQ: Mengasah Otak! Coba Temukan 4 Kata Tersembunyi di Rumah Ini dalam 7 Detik
"Karena yang beredar di masyarakat, 95 persen dalam perdukunan saat ini adalah penipuan," tegas Daud.
Banyak trik-trik yang diperlihatkan ke masyarakat agar menambah kepercayaan di mata masyarakat.
"Jadi yang dipraktikkan, ditunjukan ke masyarakat itu banyak trik-trik sulap daripada yang asli," ujarnya.
Namun meskipun begitu, Daud mengatakan masih ada dukun yang melakukan kegiatan yang sebenarnya tanpa menipu.
Baca Juga: She-Hulk Diam-diam Melanjutkan Kisah Civil War Antara Iron Man dan Captain America
Meskipun hanya sedikit dukun yang melakukan hal yang benar.
"Tetapi kalau ada yang palsu, pasti ada yang asli dong, nah yang asli ini ada 5 persen," tuturnya.
Daud Tony menjelaskan juga bahwasannya jarang sekali dukun yang asli itu menunjukan diri.
Karena dukun asli hanya akan keluar menunjukan dirinya ketika terjadi peperangan saja.
Baca Juga: Alhamdulillah, Irish Bella Melahirkan Anak Keempat
Sebelumnya artikel ini pernah tayang di PikiranRakyat-Bekasi.com pada 22 Agustus 2022 dengan judul "Dukun Pengawal Presiden SBY, Daud Tony Buka Suara Soal Pesulap Merah: Dia Itu Ada Benarnya"/Ahmad Zaki Kusnaedi.
