PR TASIKMALAYA - Penayangan Snowdrop kian memanas setelah diterpa berbagai kabar miring.
Sebagai bentuk melawan Snowdrop, baru-baru ini sejumlah warga Korea Selatan (Korsel) menggelar aksi nyata.
Snowdrop diminta diberhentikan ketika warga Korsel melakukan aksi.
Untuk melawan Snowdrop, pengunjuk rasa menyewa truk untuk melancarkan aksi.
Baca Juga: Drama Snowdrop Tidak akan Dilepas JTBC dengan Mudah Karena Beberapa Hal, Berikut Ini Ulasannya
Berita protes terhadap Snowdrop ini dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari KBizoom pada Jumat, 24 Desember 2021.
Aksi boikot Snowdrop ini begitu panas, mengingat banyaknya warga Korsel yang terlibat.
Mereka bersama-sama mengatur truk dalam aksi unjuk rasa di berbagai sudut Kota Seoul.
Truk-truk tersebut ditempeli tulisan super besar yang berbunyi protes unjuk rasa terhadap Snowdrop.
Mengklaim bahwa, drakor ini merupakan pelanggaran terhadap para korban yang telah mengalami penyiksaan setelah dijebak sebagai mata-mata.
Juga karena keterlibatan dan partisipasi korban dalam gerakan demokratisasi.
“Snowdrop bukanlah serial drama fiksi, tetapi penghinaan,” bunyi protes di truk tersebut.
“Terhadap sejarah serta orang-orang yang telah berjuang untuk demokrasi ini,” lanjutan kalimat berikutnya.
Tampilan truk tersebut sangat mencolok dengan mengusung tulisan berwarna putih dan kuning.
Baca Juga: Ferdinand Hutahaean Minta Pengamat Politik Ini untuk Tidak Merendahkan Lembaga TNI AD
Dikarenakan truk-truk tersebut berkeliling kota Seoul, tentu saja aksi protes ini diketahui banyak warga.
Sejumlah warga yang membaca protes itu bahkan ada yang rela menyumbang demi gelaran protes ini.
Walaupun Jo Hyun Tak selaku sutradara Snowdrop bersikukuh bahwa kisah ini adalah karya fiksi.
Deretan karakter yang muncul di drama ini terus mengingatkan penonton akan karakter asli dari sejarah.
Bagi warga Korsel pribadi, Snowdrop dianggap berani menggambarkan hubungan romantis tidak biasa.
Hubungan romantis tersebut antara mata-mata Korea Utara dengan mahasiswa Korea Selatan di tengah gerakan demokratisasi.
Kombinasi yang kurang tepat ini dianggap berbahaya, seolah mendistorsi sejarah terhadap korban. ***