"Yaitu peningkatan produktivitas industri minyak goreng nasional, khususnya perbaikan di sisi hulunya," tambahnya.
Menurutnya, hal itu terkait percepatan program penanaman ulang (replanting) pohon-pohon sawit dengan varietas unggul.
Selain itu, dirinya juga menyoroti pentingnya ketersediaan bahan baku minyak goreng.
Baca Juga: Sentil Arteria Dahlan yang Gunakan Bahasa Sunda saat Rapat, Ridwan Kamil: Katanya Gak Boleh?
Lebih lanjut, pakar ekonomi itu menuturkan bahwa kebijakan tersebut bersifat temporer dan populis.
Pasalnya, hal ini dirinya mengingat minyak goreng merupakan sembako yang sangat penting bagi masyarakat.
Di sisi lain, menurutnya kenaikan harga sedikit saja maka popularitas penguasa menjadi taruhannya.
Baca Juga: Suruh Arteria Dahlan Les Bahasa Sunda, Epy Kusnandar: Bikin Malu Bangsa Indonesia
Pakar ekonomi tersebut menilai kebijakan tersebut kurang tepat sasaran, mengingat subsidi diberikan untuk seluruh elemen masyarakat.
"Wajar jika kemudian pemerintah melakukan berbagai cara untuk menurunkan harga minyak goreng ini," pungkasnya.***