Psikologi: Bagaimana Atasi Krisis Mental Anak di Masa Pandemi?

- 24 Desember 2021, 12:09 WIB
Sorang Psikolog memberikan tips bagaimana cara mengatasi krisis mental pada anak selama masa pandemi.
Sorang Psikolog memberikan tips bagaimana cara mengatasi krisis mental pada anak selama masa pandemi. /Pexels.com/Ba Phi

PR TASIKMALAYA - Psikolog David Scharff merupakan seorang terapis anak yang mengalami efek mental dalam psikologi di masa pandemi.

Scharff mengaku sering mendengar keterangan khusus yang dirasakan mental anak dalam psikologinya terkait dengan masa pandemi.

Salah satunya, laporan kesulitan di sekolah karena kelas online yang menurut mental psikologi anak merupakan pemisahan dari teman-teman sebaya.

Psikolog itu menyebutnya krisis mental anak yang terdapat fenomena fokus anak yang buruk, kelelahan mental, dan hilangnya keterampilan sosial.

Baca Juga: 7 Ide Hadiah Natal untuk Orang Terkasih, Salah Satunya Lilin Aromaterapi

Lantas, bagaimana cara atasi krisis mental anak di masa pandemi? seperti yang dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman Psychology Today, pada Jumat, 24 Desember 2021.

1. Terapi keluarga

Anak-anak yang tampaknya sulit dirawat secara online, Scharff telah beralih ke terapi keluarga secara teratur.

Dirinya telah lama menjadi pendukung terapi keluarga sebagai pengobatan yang baik untuk banyak anak.

Baca Juga: Terkaan Ikatan Cinta Hari ini 24 Desember 2021: Saksi Tabrakan Datangi Al dan Sebut Bukan Hartawan

Tetapi sekarang saya harus menerapkannya ketika saya mungkin lebih suka melihat seorang anak secara individu.

Orang tua sekarang melakukannya dengan cara yang membuat sesi kami lebih berharga.

Hal ini adalah pilihan yang baik sementara kami menunggu saat terapi di kamar terasa lebih aman.

2. Keterlibatan orang tua

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Inul Daratista Mengadakan Giveaway Lewat TikTok?

Sudah waktunya untuk melibatkan orang tua lebih dari biasanya dalam pengasuhan dan pengelolaan anak-anak mereka.

Orang tua perlu waspada dalam berinteraksi dengan anak-anak mereka dengan cara yang bermakna.

Bahkan jika itu hanya memasak makan malam bersama atau berjalan-jalan sebentar sepulang sekolah.

Sementara itu, tak perlu dikatakan lagi bahwa orang tua harus memeriksa kebutuhan emosional mereka sendiri.

Baca Juga: Tes Psikologi Kepribadian: Emosi Jiwa Bisa Tercermin, Perhatikan yang Mana Bentuk Wajah Anda?

Selain itu, mencari konseling kesehatan mental untuk meredakan stres pada usia yang penuh tekanan ini.

3. Keterlibatan sekolah

Anak-anak harus menempatkan kesehatan mental dengan kondisi yang harus selalu baik.

Semakin banyak mitra pihak ketiga yang dapat dibawa, semakin banyak dukungan yang dapat dimanfaatkan untuk setiap anak.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Ada Daftar 23 Daerah di Indonesia yang Akan Tenggelam?

Sementara kita mungkin perlu inventif dan gigih dalam menawarkan perawatan kepada anak-anak yang membutuhkan.

Tentu, Scharff mengajak untuk semua pihak secara bersama-sama dapat berharap untuk waktu yang lebih baik.***

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Psycologhy Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah