Peneliti UI Gunakan Ampas Kopi untuk Membuat Baterai, Diklaim Lebih Ringan dan Hemat Waktu Pengisian

- 22 November 2021, 12:30 WIB
Ilustrasi. Tim peneliti UI mengembangkan baterai buatan menggunakan ampas kopi, baterai itu diklaim lebih ringan.
Ilustrasi. Tim peneliti UI mengembangkan baterai buatan menggunakan ampas kopi, baterai itu diklaim lebih ringan. /Pixabay/jarmoluk

PR TASIKMALAYA - Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbaik di dunia dan ampas kopinya memiliki manfaat setelah para peneliti menemukan kegunaan ampas kopi sebagai komponen baterai lithium.

Tim peneliti dari Universitas Indonesia di Depok telah menemukan cara untuk mengolah ampas kopi menjadi grafit, bentuk karbon yang dapat ditambahkan ke bahan aktif anoda dalam baterai kendaraan listrik (EV).

Mereka juga menemukan cara mengubah limbah tempurung kelapa menjadi karbon aktif yang juga dapat ditambahkan ke bahan aktif anoda.

Bahan aktif anoda pada baterai lithium memungkinkan arus listrik mengalir melalui rangkaian eksternal, sekaligus memungkinkan penyerapan ion lithium yang dilepaskan dari katoda.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 22 November 2021 Rendy Menemui Jessica, Irvan Masih Merencanakan Sesuatu

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Channel News Asia, penelitian mereka diumumkan oleh Universitas Indoonesia pada awal bukan ini.

Kepala tim peneliti, Profesor Anne Zulfia Syahrial, mengatakan bahwa baterai lithium-ion mereka terbuat dari lithium titanate oxide (LTO).

Mereka mengklaim baterai buatan mereka bisa menghasilkan arus listrik yang lebih stabil dibandingkan dengan baterai lithium grafit yang digunakan di sebagian besar EV.

LTO tidak rawan korsleting selama proses pengisian berlangsung. Namun, kapasitas LTO adalah 175 mAh/g, lebih kecil dari grafit yang berada di angka 372 mAh/g.

Baca Juga: Sirkuit Mandalika Dianggap Penuhi Standar Formula 1, Luhut: Kualitas Aspal Sudah Melebihi

“Inilah mengapa kami mencoba mencampur timah atau silikon dan karbon aktif dari limbah tempurung kelapa menjadi komposit. Kami juga mengolah ampas kopi, bahkan sampah plastik menjadi graphene untuk dicampur dengan LTO,” kata Prof Syahrial.

Rekannya, Bambang Priyono, mengatakan ini menghasilkan bobot baterai yang lebih ringan dan waktu pengisian yang lebih cepat dibandingkan dengan baterai lithium grafit.

Berat LTO bisa 200kg lebih ringan dari baterai yang biasanya digunakan di EV akhir-akhir ini. Yang terakhir beratnya sekira 500kg.

Ketika bobot baterai lebih ringan, jarak tempuh kendaraan juga dapat ditingkatkan.

Baca Juga: Telanjangi Dunia Lawyer hingga Sebut Kalah dari Tukang Becak, Johnson Panjaitan: Arogansi dan Kesombongan

“Kami menemukan bahwa pada limbah ampas kopi, partikel sapat menghasilkan nano partikel dengan kondisi luas permukaan yang baik,” kata Bambang Priyono.

“Semakin baik kondisi luas permukaan, semakin banyak ion yang dapat menghasilkan energi yang lebih baik,” tambahnya.

Baterai LTO membutuhkan sekitar 30 menit untuk bisa terisi penuh. Sebagian besar baterai EV membutuhkan waktu hingga dua jam untuk terisi penuh.

Para peneliti di Universitas Indonesia sekarang mencoba untuk mengurangi waktu pengisian menjadi hanya 15 menit.

Baca Juga: Sinopsis Film Dear Nathan Thank You Salma, Penutup Trilogi yang Tak Boleh Terlewatkan

Tim yang terdiri atas Prof Syahrial, Pak Priyono, dan beberapa mahasiswa ini membutuhkan waktu tiga tahun untuk mengembangkan baterai LTO.

Mereka harus mengarungi tantangan yang diberikan oleh Covid 19 yang membatasi pergerakan mereka.

Ide untuk menggunakan ampas kopi muncul karena mereka melihat bahwa Indonesia memiliki banyak ampas kopi yang tidak terpakai karena Indonesia merupakan produsen kopi utama.

Baca Juga: Seo Ye Ji Comback Lewat Drama Eves Scandal Setelah 7 Bulan Vakum Akibat Skandal

Ada pertanyaan tentang beberapa banyak baterai yang dapat diproduksi oleh tim. Namun, sebagai peneliti, mereka tidak dapat menghasilkan produk dalam jumlah besar tanpa bantuan produsen besar.

“Tim kami terdiri dari mahasiswa, mereka memiliki tugas yang berbeda tiap semester. Kami tidak seperti industri yang bisa langsung mengerjakan sesuatu,” kata Priyono.

“Selama industri manufaktur mau memproduksinya, kami siap untuk membantu,” ujarnya.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x