Menteri Kesehatan: Indonesia Bisa Atasi Gelombang Covid-19 Berikutnya

- 15 Juni 2022, 17:38 WIB
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin optimis Indonesia dapat atasi gelombang Covid-19 selanjutnya
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin optimis Indonesia dapat atasi gelombang Covid-19 selanjutnya /Kementerian Kesehatan

PR TASIKMALAYA - Indonesia yakin dapat mengatasi gelombang Covid-19 berikutnya eperti yang disampaikan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.

Kemungkinan tersebut didorong oleh fakta bahwa sebagian besar penduduk Indonesia memiliki tingkat antibodi yang tinggi akibat infeksi dan vaksinasi sebelumnya terhadap Covid-19.

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Asia News pada Rabu, 15 Juni 2022, Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengatakan jika tidak ada varian baru yang muncul, negara akan siap untuk memperlakukan Covid-19 sebagai endemik akhir tahun ini.

“Saya sangat percaya berdasarkan bukti yang ada bahwa itu [gelombang berikutnya] akan lebih ringan daripada gelombang Delta dan Omicron,” ujarnya.

Baca Juga: AvengerCon di Ms Marvel Dinilai Gambarkan Tantangan Masa Depan MCU!

Hal ini dikarenakan varian BA.4 dan BA.5, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, menurun pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan gelombang Omicron asli.

Selain itu, survei serologis pada bulan Maret menunjukkan bahwa 99,2 persen penduduk Indonesia memiliki antibodi Covid-19 karena kombinasi infeksi dan vaksinasi sebelumnya.

Hasil ini lebih tinggi dari angka 88,6 persen yang dilaporkan dalam survei serupa pada Desember tahun lalu.

Kasus Covid-19 di Indonesia secara umum mengalami penurunan dan tingkat positifnya saat ini (yang mengukur proporsi mereka yang dites positif) berada di bawah 5 persen.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Mana Kopi yang Kamu Suka? Ternyata Bisa Ungkap Karakter, Salah Satunya Senang Bergaul

Sementara sebagian besar pembatasan wilayah telah dilonggarkan.

“Mudah-mudahan pada Juli (kami akan mencapai) puncak varian BA.4 dan BA.5, dan karena tingkat antibodi kami masih tinggi, kami yakin tingkat keparahan dan tingkat rawat inap akan diturunkan,” kata Budi.

Gelombang berikutnya diperkirakan akan berkurang sekitar bulan Agustus atau September.

Jiika tidak ada varian baru yang muncul, Budi berharap semoga itu akan menjadi pertanda baik untuk transisi dari pandemi ke endemik.

Baca Juga: Isu Putus dari Kaesang Makin Kuat, Nadya Arifta Kini Curhat Berjuang Cari Kerjaan Baru: Doain Ya

Meski begitu, bukan berarti Indonesia akan berpuas diri.

Budi mengatakan negara Indonesia akan mempercepat peluncuran vaksin booster.

Hal itu dibarengi dengan mendesak masyarakatnya untuk mempraktikkan tanggung jawab diri dengan memakai masker wajah, menerapkan kebersihan yang baik, melakukan tes mandiri secara teratur dan mengisolasi diri jika mereka dinyatakan positif Covid-19.

Budi kemudian berbicara di Forum Bisnis Indonesia-Singapura yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Indonesia di Singapura dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia.

Baca Juga: Tes Fokus: Lihat Anak Laki-Laki di Antara Gadis Perempuan? Buktikan Anda Jeli dan Teliti Menemukannya

Ia menyoroti reformasi perawatan kesehatan Indonesia, termasuk perubahan cara pendekatan perawatan primer.

“Kita perlu mengubah pola pikir, fokus menjaga kesehatan jauh lebih penting daripada menyembuhkannya saat sakit,” katanya.

Di samping itu, Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, yang menguraikan strategi Singapura dalam mengatasi pandemi, termasuk dengan menggunakan teknologi seperti aplikasi kesehatan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Singapura menghadapi “tsunami perak” dengan satu dari enam penduduknya saat ini berusia di atas 65 tahun.

Baca Juga: Link Live Streaming Persik Kediri vs Arema FC Malam ini

Pada 2030, angka ini akan meningkat menjadi satu dari empat..

Ong mengatakan satu perubahan kebijakan besar yang telah dilihat Singapura sejak Covid-19 adalah seluruh sektor GP, atau dokter umum dan dokter keluarga, menjadi bagian dari sistem kesehatan masyarakat.

“Mereka ada di luar sana, merawat pasien yang terpapar Covid-19, membuat keputusan 'apakah Anda beristirahat di rumah, apakah Anda pergi ke rumah sakit atau apakah Anda pergi ke fasilitas isolasi, apakah saya menguji Anda dengan ART atau PCR'… dan keputusan medis di lapangan sebagai bagian dari sistem kami,” ujarnya.

Baca Juga: Tes IQ: 99 Persen Orang Kebingungan untuk Temukan 2 Hewan dalam Gambar Ini, Hanya si Jenius yang Berhasil

Pembicara lainnya, Yet Kum Meng, chief executive officer dan direktur eksekutif OUE Lippo Healthcare, menguraikan beberapa tantangan yang perlu diatasi oleh sektor perawatan kesehatan.

Hal ini termasuk berbagi data antara sektor publik dan swasta, serta di dalam sektor swasta, yang akan memerlukan penanganan masalah mengenai privasi data dan keamanan data.

Rekan panelis Levana Sani, salah satu pendiri perusahaan bioteknologi Nalagenetics, mengatakan informasi farmakogenomik, atau data tentang bagaimana gen seseorang memengaruhi responsnya terhadap pengobatan, harus dapat diakses di tingkat lab dan diintegrasikan ke dalam catatan kesehatan elektronik.***

Editor: Ghassan Faikar Dedi

Sumber: Asia News Network


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah