"Adu argumen, saling bantah, narasi upgrade dan downgrade posisi itu biasa dalam politik," tegasnya.
Bg sy, sumber kekacauan di negeri ini adalah Politik Identitas, Intoleransi dan Kelompok2 Radikal. Tp bapak justru undang Taliban yg kategori terorist ke negeri ini.
Adu argumen, saling bantah, narasi upgrade dan downgrade posisi itu biasa dlm politik.
https://t.co/MZOt4GsH9y— Ferdinand Hutahaean (@FerdinandHaean3) February 26, 2021
Dalam unggahan sebelumnya, Ferdinand Hutahaean juga menyampaikan kritiknya terhadap labelisasi buzzer.
"Soal kemunafikan kita memang Top 1," tuturnya dikutip Pikiranrakyat-Tasikmalaya.com dari akun Twitternya @FerdinandHaean3.
Dirinya juga menyampaikan contoh kader partai yang membela mati-matian ketumnya namun tidak mau disebut buzzer.
"Kader partai menyebar info soal ketumnya dan membela ketumnya mati-matiaan tak mau disebut buzzer,"pungkasnya.
Menurutnya ada juga orang yang mati-matian membela Gubernurnya namun tidak rela disebut buzzer.
"Orang membela Gubernurnya mati-matian dan menyebar info tentang Gubernurnya, tak rela disebut buzzer," tuturnya.
Namun ketika ada yang membela Presiden, justru orang-orang banyak yang langsung menyebutnya buzzer.