Waspada! Cacar Monyet Menular Lewat Media Ini, Begini Penjelasan dari Kemenkes

28 Mei 2022, 14:01 WIB
Begini penjelasan dari Kemenkes terkait dengan medai penularan penyakit cacar monyet yang kini tengah beredar. //PMJ News/Ilustrasi/Dok Net)

PR TASIKMALAYA - Wabah cacar monyet masih menjadi perbincangan sekaligus perhatian khusus pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Pihak Kemenkes sendiri masih menganalisa bagaimana proses transmisi virus cacar monyet atau yang disebut monkeypox tersebut.

Lantas, menular lewat media apa cacar monyet yang tengah mewabah ini? Berikut penjelasan dari Kemenkes.

Juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril pernah mengungkapkan penularan cacar monyet bisa melalui banyak media.

Baca Juga: Tes IQ: Hanya Boleh Pindahkan 3 Tongkat, Bagaimana Cara untuk Jadi 3 Kotak?

“Penularan dapat melalui darah, air liur, cairan tubuh, lesi kulit ataupun cairan pada cacar hingga droplet pernapasan," ungkapnya.

Syahril juga menambahkan dari sisi inkubasi monkeypox rata-rata terjadi dari 6 sampai 16 hari.

Akan tetapi, pada periode tertentu proses inkubasi dapat berubah dari 5 sampai 21 hari.

Terdapat fase gejala awal terjadi 1 sampai 3 hari berupa demam tinggi, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri otot, nyeri punggung, dan terasa lemas.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Jokowi Resmi Menunjuk Tri Rismaharini Menggantikan Anies?

Syahril memberi informasi fase erupsi ataupun dikenal sebagai fase infeksius akan memunculkan ruam di kulit.

Proses ruam terjadi dari area wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lain. Bertahap ruam merah tersebut akan berubah menjadi cacar makulopapular.

Fase cacar makulopapular akan terlihat melepuh berisi cairan bening atau disebut sebagai blister.

Kondisi melepuh berisi nanah akan berubah menjadi keras ataupun keropeng hingga akhirnya rontok.

Baca Juga: Tes kepribadian: Objek Apa yang Pertama Kali Dilihat? Ungkap Apakah Kamu Introvert atau Ekstrovert

“Rata-rata diperlukan waktu sampai 3 minggu untuk periode lesi tersebut menghilang dan rontok,” kata Syahril.

Bentuk cacar monyet yang memiliki fase tersebut disebabkan komplikasi virus human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae bersifat highlipatogenik ataupun masuk kategori zoonosis.

Virus Monkeypox ditemukan pertama kali tepat tahun 1958 lalu penularan pertama kali dialami anak-anak di tahun 1970.

Baca Juga: Lowongan Kerja PT Gedung Bank Exim, Lulusan S1 Teknik Elektro Bisa Melamar

Monkeypox Belum Terdeteksi di Indonesia

Informasi cacar monyet menular melalui droplet menjadi perhatian utama dari pihak Kemenkes.

Syahril kembali menegaskan bahwa kasus cacar monyet belum terdeteksi di Indonesia. Akan tetapi pemerintah masih terus fokus dan waspada agar tidak ada kasus positif.

Pihak Kementerian Kesehatan telah membuat keputusan untuk tetap waspada terhadap pembaharuan situs frekuensi question atau FAQ mengenai cacar monyet atau monkeypox.

Baca Juga: Tes IQ: Seberapa Cerdik Otak Kamu? Tebak Bayangan Pohon yang Tepat dalam 10 Detik

Masyarakat dapat download informasi mengenai monkeypox di situs https://infeksiemerging,kemkes.go.id/.

Tidak hanya memperbaiki situs khusus untuk FAQ seputar wabah cacar dari monyet ini, Kemenkes juga mempersiapkan surat edaran untuk semua daerah baik itu dinas kesehatan, kesehatan pelabuhan, dan rumah sakit.

Nantinya juga akan ada revisi pedoman pencegahan dan pengendalian cacar monyet akan terus dilakukan menyesuaikan kondisi terbaru.

Baca Juga: Rose Ceritakan Bagaimana Kehidupannya Jika BLACKPINK Berakhir: Mereka Keluarga Selamanya

Situasi perkembangan penyebaran virus monkeypox akan mengacu pada informasi pihak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sehubungan media penularan virus monkeypox melalui droplet Syahril memberi saran kepada masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.

Untuk lebih mudahnya, protokol kesehatan mencuci tangan memakai sabun, mengenakan masker, melakukan perilaku hidup bersih dan sehat juga bisa diterapkan sebagai upaya preventif. ***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Kemenkes

Tags

Terkini

Terpopuler