PR TASIKMALAYA – Politisi Partai Demokrat, Rachland Nashidik berpendapat bahwa KSP Moeldoko telah menghianati Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Padahal sebelumnya, menurut Rachland Nashidik Moeldoko menyanjung dan memuji SBY yang telah mengangkatnya menjadi Panglima TNI.
Terkait Moeldoko menghianati SBY itu disampaikan Rachland Nashidik melalui cuitan di akun Twitter miliknya @RachlandNashidik pada Minggu, 28 Maret 2021.
Baca Juga: Sebut Presiden 'Gamang', Amien Rais: Sekarang Kepemimpinan Jokowi Tampak Galau
“Dulu Moeldoko cium tangan SBY, menyanjung puji Presiden ke-6, yang mengangkatnya jadi KSAD lalu Panglima TNI,” cuit Rachland Nashidik, seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com.
“Kini, ia (Moeldoko) menusuk dari belakang, bahkan tega memfitnah SBY,” sambungnya.
Rachland Nashidik pun membayang apa yang akan dilakukan oleh Moeldoko pada Presiden Jokowi yang telah mengangkatnya sebagai KSP.
“Bayangkan, bila ia berkuasa, apa yang akan ia lakukan pada Jokowi yang Cuma mengangkatnya jadi KSP,” tulis Rachland Nashidik.
Diketahui sebelumnya, setelah lama tidak buka suara sejak dikukuhkan sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat versi KLB, Moeldoko akhirnya tampil ke publik.
Melalui Instagram miliknya Moeldoko menyampaikan kenapa ia terlibat dan menerima untuk dijadikan Ketum Demokrat versi KLB.
Menurut Moeldoko, hal itu karena di Demokrat telah terjadi pertarungan ideologis yang dapat mengancam masa depan Indonesia.
Sehingga dia menilai bahwa menjadi Ketum Demokrat bukan hanya soal menyelamatkan partai.
Baca Juga: Fahri Hamzah Percaya Teroris Tidak Beragama, Lukman Hakim: Boleh Jadi, Teroris Beragama
Tetapi, juga menyelamatkan masa depan bangsa dan negara Indonesia.
“Terjadi pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024. Pertarungan ini terstruktur dan gampang dikenali, ini menjadi ancaman bagi cita-cita menuju Indonesia Emas 2045,” kata Moeldoko.
“Ada kecenderungan tarikan ideologis itu terlihat di tubuh Demokrat, jadi ini bukan sekedar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa,” lanjutnya.
Alasan tersebut lah yang menjadikan Moeldoko menerima untuk didaulat sebagai Ketum Demokrat.
“Itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat, setelah tiga pertanyaan yang saya ajukan kepada peserta KLB,” ujar Moeldoko.***