Kegiatan Impor Bahan Pokok Dihentikan Karena Virus Corona, Harga Gula Pasir di Tasikmalaya Melambung Tinggi

- 15 Maret 2020, 08:34 WIB
GULA pasir di pasar Tasikmalaya.*
GULA pasir di pasar Tasikmalaya.* //Asep M S/

PIKIRAN RAKYAT - Dihentikannya impor gula terkait wabah corona oleh pemerintah beberapa waktu lalu, kini telah berdampak terhadap melambungnya harga gula khususnya gula pasir di pasaran di Kota Tasikmalaya.

Harga gula pasir di Pasar Induk Cikurubuk Kota Tasikmalaya misalnya, saat ini harganya dijual Rp 18 ribu per kilogramnya.

Padahal harga eceran tertinggi (HET) sendiri hanya Rp 12,5 ribu per kilogramnya.
 
Baca Juga: Dapat Beroperasi di Jalan Raya Biasa, Simak Kecanggihan Mobil Sport Nathalie Bertenaga Listrik Super Cepat

Bahkan selain harganya yang naik cukup tinggi, ketersedian gula pasir di pasaran mulai berkurang. Sekarang harga gula terus menaik, karena stoknya sudah sulit sekali.
 
"Sebelum impor dihentikan pun pengiriman gula ke pasar ini agak sulit didapat dalam jumlah banyak," jelas Maman (56), salah seorang pedagang sembako di pasar tersebut, Minggu 15 Maret 2020 pagi.

Sehingga kata dia, semenjak impor gula dihentikan, stok gula di para pedagang pasar semakin berkurang bahkan cenderung kosong.
 
 
Apalagi gula merupakan salah satu bahan pokok yang stoknya cepat habis karena banyak digunakan masyarakat tiap harinya.

"Kalau gula kan tiap hari pasti ada yang beli. Walaupun sejak beberapa bulan ini harganya cukup mahal atau dijual di atas HET karena dari distributornya juga sudah mahal dan diatas HET. Jika tidak dijual diatas HET, pedagang kecil seperti kami ini dari mana untungnya," Kata Maman.

Atas kondisi tersebut, Maman dan pedagang sembako lainnya di Pasar Cikurubuk meminta kepada pemerintah untuk serius dalam menangani harga bahan pokok dengan melihat kondisional di bawah langsung.
 
Baca Juga: Selalu Menjadi yang Paling Depan Hadapi Virus Corona, Menhub Budi Karya Sumadi Positif Covid-19

Dirinya menilai, tim inflasi yang ada di Kota Tasikmalaya selama ini hanya bisa mengontrol dan mengklaim saja dengan hitungan angka-angka tanpa melihat fakta sebenarnya di lapangan.

"Selama ini kan hanya bilang angka-angka saja, inflasi sekian, alami kenaikan, alami penurunan tanpa melihat situasi sebenarnya. Paling juga datang ke pasar secara beramai-ramai. Tanpa melihat detail kondisi sebenarnya seperti apa," ujar dia.

Hal sama seperti diungkapkan Endang Jimal (46) pedagang sembako lainnya. Menurutnya, pedagang selama ini hanya mengambil keuntungan sewajarnya dengan mengikuti harga pembelian dari grosir dan distributor.
 
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya Minggu 15 Maret 2020: Cikalong dan Cibeureum akan Diguyur Hujan Lokal Sepanjang Siang hingga Malam

Untuk itu kata Jamal, sebagai pedagang pihaknya meminta pemerintah agar jeli melihat langsung kondisional dari berbagai sisi mulai harga dari grosir, distributor sampai ke pedagang pengecer seperti dirinya.

"Jangan hanya bisa ngomong saja di media inflasi turun, harga stabil, nyatanya dari grosirnya yang langsung beli dari pabrik sudah mahal ke pedagang. Pedagang hanya sedikit ngambil keuntungan karena tahu ada HET tiap harga bahan pokok. Kami menjerit kalau begini terus," tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, stok gula pasir di Jawa Barat mulai menipis. Penutupan keran impor akibat sebaran wabah corona jadi sebab utama kelangkaan tersebut.
 
 
Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat Mohamad Arifin Soedjayana, menipisnya stok gula pasir di Jabar turut dipicu adanya peningkatan permintaan.

Arifin telah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan RI untuk menangani penipisan persediaan gula pasir tersebut.

Hasilnya, pemerintah akan membuka kembali keran impor gula pasir dan barangnya sampai pada akhir Maret 2020.*** 
 

Editor: Rahmi Nurlatifah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x