Mark Dolan Kecam Pangeran Harry dan Meghan Markle di Film Dokumenter Netflix usai Ucapkan Ini

- 12 Desember 2022, 21:03 WIB
Mark Dolan mengecam Pangeran Harry dan Meghan Markle usai mengucapkan hal ini di film dokumenter Netflix.*
Mark Dolan mengecam Pangeran Harry dan Meghan Markle usai mengucapkan hal ini di film dokumenter Netflix.* /REUTERS/HENRY NICHOLLS/

PR TASIKMALAYA - Penggemar Netflix banyak yang berbahagia dengan rilisnya film dokumenter Pangeran Harry dan Meghan Markle.

Film dokumenter Pangeran Harry dan Meghan Markle ini telah memasuki episode 3 yang sudah dirilis minggu lalu.

Dalam episode 3 film dokumenter Pangeran Harry dan Meghan Markle yang dirilis di Netflix itu, telah menilai asal-usul persemakmuran dan tempatnya di zaman modern.

Rilisnya film dokumenter Pangeran Harry dan Meghan Markle episode 3 ini dipandang sebagai kritik terbesar terhadap mendiang Ratu Elizabeth II yang warisannya terkait dengan pekerjaan di Commonwealth atau persemakmuran.

Baca Juga: Tes IQ: Bisakah Anda Menemukan Seekor Burung? Si Cerdas Dapat Melihatnya dengan Mudah

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Express, penulis dan penyiar Afua Hirsch adalah kontributor film dokumenter dan menyebut persemakmuran sebagai "Empire 2.0.".

Sementara itu, penulis dan akademisi Profesor Kehinde Andrews mengatakan pandangannya.

"Itu tidak mengubah apapun, mereka hanya punya 'PR' yang lebih baik. Jika Anda melihat orang-orang kulit hitam di persemakmuran, ya kondisi mereka hampir sama buruknya dengan 50 atau 100 tahun yang lalu," ujarnya.

Komentar kontroversial itu beralih ke rekaman Ratu yang memberikan siaran ke Kaisaran pada tahun 1947 dan pidato di KTT persemakmuran di London pada tahun 2018.

Baca Juga: Ini Prediksi Puncak Arus Mudik dan Balik saat Natal dan Tahun Baru 2023

Seorang mantan orang dalam kerajaan menyebut rekaman dan komentar itu sebagai hal yang tidak terduga.

"Ini adalah serangan skala penuh tidak hanya terhadap persemakmuran, tetapi juga hubungan Ratu dengan persemakmuran. Ini adalah serangan terhadap pekerjaan hidupnya," jelasnya.

Komentator politik Lin Mei tampil di GB News untuk mencatat sifat sukarela persemakmuran dan untuk mengkritik komentar dalam film dokumenter tersebut.

"Di sini kita memiliki persemakmuran di mana orang dapat secara sukarela pergi atau bergabung dan membandingkannya dengan Kekaisaran lama sama sekali tidak masuk akal dan itu benar-benar membuat Meghan Markle dan Pangeran Harry terlihat bodoh," ungkapnya.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Apa yang Diperhatikan Pertama? Ketahui Anda Mungkin Orang yang Terbuka

Gabon menjadi bahan diskusi menyusuk kritik mengapa negara itu ingin bergabung dengan persemakmuran.

Pada Juni 2022, Toga dan Gabon bergabung dengan organisasi tersebut meskipun tidak memiliki hubungan kolonial dengan Inggris.

"Jur bicara Gabon benar-benar terkejut dengans aran bahwa mereka tidak tahu mengapa mereka ingin bergabung," ungkapnya.

"Saya pikir itu menggurui, saya piki bahkan bisa dianggap agak xenophobia atau bahkan rasis untuk menggurui 54 negara yang secara sukarela menjadi bagian dari klub khusus pasca-kekaisaran," ucap pembawa acara GB News Mark Dolan.

Baca Juga: Lowongan Kerja PT Jaya Digital Perusahaan, Posisi Customer Service

Insentif besar untuk bergabung dengan persemakmuran adalah manfaat perdagangan yang diusulkan oleh 'Kemitraan Baru' Boris Johnson yang melihat dua KTT Investasi Afrika di London.

"Ini adalah ambisi saya agar Inggris menjadi mitra investasi pilihan Afrika," ucap mantan Perdana Menteri.

Johnson mengatakan dia memakan memobilisasi £ 4 miliar bantuan publik dan £ 6,6 miliar investasi swasta.

Insentif lain untuk bergabung adalah pengaruh persemakmuran dengan donor utama dan pemain diplomatik seperti Inggris, India dan Kanada.

Baca Juga: Tes IQ: Di Mana Kucing Kedua Bersembunyi? Cuma Orang Cerdas yang Mampu Mengenalinya

Persemakmuran juga meminta pertanggungjawaban negara-negaranya yang dicatat oleh Mei yang mengatakan bahwa Pakistan ditangguhkan karena kurangnya demokrasi dalam hal pemilihan umum.

Pemimpin UKIP Neil Hamilton juga tampil di program berita dan mengatakan pandangannya.

"Tidak ada yang perlu malu untuk mengatakan persemakmuran adalah bagian dari warisan kekaisaran Inggris karena ada banyak hal baik tentang kerajaan Inggris," ucapnya.

"Hal yang menyatukan persemakmuran meskipun sekarang ada anggota baru yang bukan bagian dari kerajaan Inggris adalah koneksi Inggris," sambungnya.

Baca Juga: PT KAI Tambah 2,1 Juta Tiket untuk Periode Nataru

Tambahan penjelasannya pun diungkap oleh Neil Hamilton.

"Itu bukan untuk mengatakan ini adalah kekaisaran yang terlahir kembali, tetapi ikatan yang ditempat selama beberapa dekade, dalam beberapa kasus berabad-abad, keterikanya kekaisaran sekarang diciptakan kembali di dunia modern sebagai kumpulan bangsa-bangsa yang setara satu sama lain," pungkasnya.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah