Gagal Pulihkan Pemerintahan Sipil, Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok Mengundurkan Diri

- 3 Januari 2022, 09:55 WIB
Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok memutuskan untuk mengundurkan diri pada Minggu, 2 Januari 2022.
Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok memutuskan untuk mengundurkan diri pada Minggu, 2 Januari 2022. /REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah/File Photo

PR TASIKMALAYA - Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok menyampaikan pengunduran dirinya Minggu, 2 Januari 2022.

Abdalla Hamdok memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Sudan saat protes masih berlanjut terhadap kudeta militer Oktober lalu.

Sebelumnya, Hamdok menjalin kesepakatan dengan militer yang menjadikannya sebagai perdana menteri masa transisi pemerintahan sipil Sudan.

Dilansir Pikiranrakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters, Hamdok mengatakan diskusi meja bundar perlu dilakukan untuk menghasilkan kesepakatan baru untuk transisi politik Sudan.

Baca Juga: Tes Psikologi: Domba atau Serigala? Hewan yang Pertama Dilihat Ungkap Usia Mental Anda

“Saya memutuskan untuk mengembalikan tanggung jawab dan mengumumkan pengunduran diri saya sebaga perdana menter,” kata Hamdok kemarin.

Hamdok menambahkan dirinya memberikan kesempatan kepada pria atau wanita dari Sudan untuk membantunya melewati apa yang tersisa dari masa transisi ke negara demokrasi sipil.

Pada hari Minggu, Hamdok mengatakan dirinya telah mencoba untuk membentuk konsensus antara faksi-faksi yang terpecah untuk melakukan penyelesaian proses perdamaian yang ditandatangani dengan berbagai kelompok pemberontak pada tahun 2020.

Konsensus tersebut juga membahas persiapan pemilihan pada tahun 2023.

Baca Juga: 7 Jenis Tumbuhan Baru Ditemukan, Keanekaragaman Hayati Bertambah

“Saya telah berusaha sejauh saya bisa untuk menyelamatkan negara kita dari bahaya tergelincir ke dalam bencana,” ujar Hamdok.

Namun, semua yang dia lakukan untuk mewujudkan kesepakatan yang diinginkan dan diperlukan untuk memenuhi janji kami kepada warga negara tentang keamanan, perdamaian, keadilan dan diakhirinya pertumpahan darah ini tidak terjadi.

Dalam unjuk rasa terbaru pada hari Minggu beberapa jam sebelum pidato Hamdok, pasukan keamanan menembakkan gas air mata kearah demonstran di Khartoum.

Setidaknya 57 orang tewas sejak protes dilakukan sejak Oktober lalu.

Baca Juga: Kompaknya Presiden Jokowi Isi Awal Tahun Baru 2022 dengan Jan Ethes dan Sedah Mirah di Istana Bogor

Militer telah mengatakan akan mengizinkan protes damai dan akan meminta pertanggungjawaban mereka yang ditemukan melakukan kekerasan.

Pengumuman pengunduran diri Hamdok membuat masa depan politik sudan semakin masuk kedalam ketidakpastian.

Hamdok menjadi perdana menteri di bawah perjanjian kekuasaan antara militer dengan warga sipil setelah penggulingan Omar Al-Bashir tiga tahun lalu.

Pada bulan oktober 2021, Hamdok digulingkan oleh militer kemudian ia ditempatkan di bawah tahanan rumah.

Baca Juga: 4 Mitos Kafein yang Perlu Diketahui Pecinta Kopi, Benarkah Sebabkan Kanker?

Sebuah kesepakatan membuat Hamdok kembali menjabat sebagai Perdana Menteri untuk masa transisi kekuasaan pemerintahan sipil.

Namun kesepakatan tersebut mendapat kecaman dari berbagai kalangan, massa kemudian mengadakan demonstrasi menentang kekuasaan militer.***

Editor: Al Makruf Yoga Pratama

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah