Pada pekan lalu, Biden melalui undang-undang 1979 memberi hak kepada Taiwan untuk membela diri jika ada serangan dari Tiongkok.
Komentar tersebut menimbulkan kegemparan karena tampaknya menyimpang dari kebijakan ambiguitas strategis AS yang telah lama dipegang tentang bagaimana Washington akan menanggapi skenario seperti itu.
Baca Juga: Menyayat Hati, Atta Halilintar Mengaku Sempat Terpikir Ingin Bunuh Diri: Aku Udah Gak Kuat..
Gedung Putih mengatakan Biden tidak menandakan perubahan dalam kebijakan AS terhadap Taiwan, dan beberapa analis menolak komentarnya sebagai kesalahan.
Ketegangan antara Taiwan dan Tiongkok telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena Beijing telah melakukan misi udara berulang kali di atas Selat Taiwan, jalur air yang memisahkan pulau itu dan daratan.
Tiongkok menyatakan ketidaksenangan atas komentar Biden pekan lalu, mendesak Washington untuk tidak mengirim sinyal yang salah kepada pasukan kemerdekaan Taiwan, untuk menghindari konflik serius pada hubungan Tiongkok-AS serta perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Baca Juga: Saking Stresnya, Atta Halilintar Sempat Ingin Bunuh Diri: Aku Sampai Merinding
Biden bergabung dengan para pemimpin Asia Tenggara dalam menegur pemerintah militer Myanmar.
"Di Myanmar, kita harus mengatasi tragedi yang disebabkan oleh kudeta militer yang semakin merusak stabilitas regional," katanya, menyerukan pembebasan tahanan politik dan kembali ke demokrasi.
ASEAN memulai KTT tiga hari pada hari Selasa tanpa perwakilan dari Myanmar menyusul pengecualian jenderal utamanya karena mengabaikan proposal perdamaian.***