PR TASIKMALAYA – Kerajaan Silla di Korea memiliki enam provinsi (pu). Pemerintah Pusat mengangkat pejabat untuk mengatur masing-masing provinsi.
Raja Kerajaan Silla di Korea sendiri sepertinya tidak memiliki kekuasaan besar dibandingkan raja negara tetangga.
Karena mereka berbagi kekuasaan dengan sebuah dewan kecil yang diisi oleh bangsawan (hwabaek).
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Silla di Korea yang Pernah Bentuk Aliansi dengan Dinasti Tang dari Tiongkok
Kerajaan Silla di Korea tidak selalu diperintah oleh raja. Dua ratu pernah memerintah kerajaan ini, yakni Ratu Seondeok (632-647), dan Ratu Jindeok (647-654).
Masa pemerintahan kedua ratu ini ditandai dengan munculnya agama Budha ke permukaan karena menjadi agama resmi Kerajaan Silla di Korea.
Disitat PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman Ancient pada Selasa, 22 Juni 2021 Jindeok mengikuti langkah dari sepupunya, Seondeok dalam meneguhkan kedudukan Kerajaan Silla sebagai penguasa Semenanjung Korea.
Baca Juga: Suka Sejarah Korea? Berikut Profil Singkat Kerajaan Silla yang Bersatu
Masa berikutnya akan ada perempuan ketiga yang menjadi Ratu Kerajaan Silla di Korea, Jinseong, berkuasa di tahun 887-898 pada masa Kerajaan Silla Bersatu.
Sebagian besar masyarakat Kerajaan Silla berprofesi sebagai petani yang menggarap lahan masing-masing.
Bangsawan mendominasi posisi administratif negara dengan kekayaan mereka yang datang dari perdagangan serta tanah negara hasil pengelolaan budak.
Budak ini biasanya diambil dari penjara dan juga mantan narapidana.
Baca Juga: Juluki Meghan Markle 'Putri Pinokio', Piers Morgan Dikabarkan Kembali ke Good Morning Britain
Pemuda bangsawan Kerajaan Silla dididik dalam Hwarang, Sistem Anak-anak Bunga. Meskipun diajarkan tentang ajaran kasih sayang, mereka diajarkan juga tentang perang dan heroisme.
Ada tiga kasta dalam sistem sosial Kerajaan Silla, sacred bone (seonggol), true bone (jingol), dan head rank (tupum).
Sistem sosial ini membedakan orang mulai dari warna pakaian yang dapat mereka pakai, kendaraan yang boleh digunakan, ukuran rumah yang harus ditinggali, dan tentunya tidak ada mobilitas sosial vertikal ke atas dalam sistem ini.
Baca Juga: Pangeran Charles Dikabarkan ‘Menolak’ Kepulangan Pangeran Harry ke Inggris
Sangat kaku dan para ahli sejarah memperkirakan ini adalah salah satu faktor dari runtuhnya Kerajaan Silla.
Kesenian dari masa Kerajaan Silla yang terkenal berasal dari emas dan perunggu. Itu didapatkan dari penggalian di berbagai kuburan batu masa Kerajaan Silla.
Ibu kota Silla yang bernama Geumseong juga berarti “Kota Emas”. Tidak hanya mahkota raja, berbagai macam perhiasan, sabuk, sepatu, dan cangkir terbuat dari lapisan emas.***