Perubahan Iklim di Arktik, Data Baru Ungkap Penyebab Pemanasan Global yang Luar Biasa

16 Juni 2022, 08:04 WIB
Terdapat perubahan iklim di Arktik, terlihat data baru mengungkapkan penyebab pemanasan global yang tak biasa. /REUTERS/Alister Doyle

 

PR TASIKMALAYA - Data baru mengungkapkan tingkat pemanasan global yang luar biasa di Kutub Utara, hingga tujuh kali lebih cepat dari rata-rata global.

Pemanasan terjadi di Laut Barents Utara, di mana kenaikan suhu yang cepat tersebut diduga memicu peningkatan cuaca ekstrem di Amerika Utara, Eropa, dan Asia dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari The Guardian.

Para peneliti mengatakan pemanasan di wilayah ini adalah "peringatan awal" tentang apa yang bisa terjadi di seluruh Arktik.

Angka-angka baru menunjukkan suhu rata-rata tahunan di daerah tersebut meningkat sepanjang tahun hingga 2,7 derajat celsius per dekade, dengan kenaikan yang sangat tinggi di bulan-bulan musim gugur hingga 4 derajat celsius per dekade.

Baca Juga: Benarkah Golongan Darah Memengaruhi Kepribadian Seseorang? Psikiater Ungkap Fakta Mengejutkan

Hal ini membuat Laut Barents Utara dan pulau-pulaunya menjadi tempat pemanasan tercepat di Bumi.

Beberapa tahun terakhir, suhu jauh di atas rata-rata yang tercatat di Kutub Utara, dengan pengamat berpengalaman menggambarkan situasinya sebagai "gila", "aneh", dan "sangat mengejutkan".

Beberapa ilmuwan iklim telah memperingatkan peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dapat menandakan kerusakan iklim yang lebih cepat dan lebih mendadak.

Sudah diketahui bahwa krisis iklim mendorong pemanasan di Kutub Utara tiga kali lebih cepat daripada rata-rata global, tetapi penelitian baru menunjukkan situasinya bahkan lebih ekstrem di beberapa tempat.

Baca Juga: Tes IQ: Awas Kaget Lihat Gambar Ini! Adakah Keanehan di Sana? 99 Persen Gagal karena Butuh Logika Tinggi

Es laut bagus untuk memantulkan sinar matahari, tetapi mencair.

Hal ini memungkinkan lautan yang lebih gelap di bawah untuk menyerap lebih banyak energi.

Berkurangnya es laut juga berarti tidak lagi membatasi kemampuan air laut yang lebih hangat untuk memanaskan udara Arktik. S

emakin banyak es yang hilang, semakin banyak panas yang terakumulasi, membentuk lingkaran umpan balik.

Peneliti senior di Institut Meteorologi Norwegia, Ketil Isaksen angkat suara terkait hal ini.

Baca Juga: Tes Psikologi: Gambar Lingkaran Favorit Akan Menentukan Tipe dan Karakteristik Inheren Anda

“Kami memperkirakan akan melihat pemanasan yang kuat, tetapi tidak pada skala yang kami temukan,” tuturnya.

"Kami semua terkejut. Dari apa yang kami ketahui dari semua titik pengamatan lain di dunia, ini adalah tingkat pemanasan tertinggi yang kami amati sejauh ini,” sambungnya.

Isaksen beranggapan bahwa hal itu adalah peringatan dini untuk apa yang terjadi di seluruh Arktik jika pencairan ini berlanjut, dan apa yang paling mungkin terjadi dalam beberapa dekade mendatang.

Ilmuwan dunia mengatakan pada bulan April 2022 bahwa pengurangan segera dan dalam untuk emisi karbon dan gas rumah kaca lainnya diperlukan untuk mengatasi keadaan darurat iklim.

Baca Juga: 6 Tips Introvert Dapat Bekerja Kolaboratif untuk Kerja Sama Tim, Ini yang Perlu Dilakukan!

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports ini didasarkan pada data dari stasiun cuaca otomatis di pulau Svalbard dan Franz Josef Land.

Hingga saat ini, hal tersebut belum melalui proses quality control yang baku dan dipublikasikan.

Hasilnya adalah serangkaian pengukuran suhu udara permukaan berkualitas tinggi dari 1981 hingga 2020.

 “Tingkat pemanasan regional untuk wilayah Laut Barents Utara luar biasa dan sesuai dengan 2 hingga 2,5 kali rata-rata pemanasan Arktik dan 5 hingga 7 kali rata-rata pemanasan global,” tutur para peneliti menyimpulkan.

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Wajib Menonton Jinxed at First, Mulai Tayang Hari Ini di KBS2 TV!

Ada korelasi yang sangat kuat dari waktu ke waktu antara suhu udara, berkurangnya es laut dan suhu laut.

Isaksen mengatakan kenaikan suhu yang cepat akan berdampak sangat besar pada ekosistem.

“Misalnya, di sini di Oslo, kami mengalami kenaikan suhu 0,4 deracat celsius per dekade dan orang-orang benar-benar merasakan kondisi salju yang menghilang selama musim dingin. Tapi apa yang terjadi di ujung utara jauh di luar jangkauan,” ujarnya.

Isaksen mengatakan informasi baru tentang tingkat pemanasan di daerah itu akan membantu penelitian ilmuwan lain tentang cara perubahan di Kutub Utara mempengaruhi cuaca ekstrem di daerah padat penduduk di garis lintang yang lebih rendah.

Baca Juga: Apakah BLACKPINK Bakal Bubar pada 2022? Simak Penjelasannya

Ada bukti bahwa pemanasan yang cepat mengubah aliran jet angin yang mengelilingi kutub dan mempengaruhi cuaca ekstrem.

Prof Michael Mann, dari Pennsylvania State University mengatakan, berkurangnya es laut dan pemanasan di Laut Barents khususnya telah diisolasi dalam pekerjaan sebelumnya, karena sangat relevan dengan perubahan sirkulasi atmosfer musim dingin yang terkait dengan peristiwa cuaca musim dingin yang ekstrem.

“Jika mekanisme ini valid, dan ada beberapa perdebatan tentang hal itu, maka ini adalah cara lain perubahan iklim dapat meningkatkan jenis peristiwa cuaca ekstrem tertentu (dan yang) tidak ditangkap dengan baik oleh model saat ini,” tutup Michael.***

Editor: Ghassan Faikar Dedi

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler