Geram Bantuan Corona Tak Kunjung Sampai, Wanita asal Thailand Nekat Minum Racun Tikus

29 April 2020, 18:30 WIB
Ilustrasi Racun.* /(foto Pikiran Rakyat Depok)

PIKIRAN RAKYAT - Virus corona di Thailand telah menginfeksi lebih dari 2.900 orang, memicu pemerintah berlakukan kebijakan lockdown atau penguncian wilayah yang berimbas pada fenomena kelaparan dan pengagguran.

Pemerintah Thailand sebelumnya telah berjanji akan memberikan bantuan senilai 15.000 baht atau setara Rp. 7.170.000 rupiah kepada setiap kepada keluarga yang kehilangan pekerjaan akibat imbas corona.

Baca Juga: Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tasikmalaya Bentuk 10 Ribu RT Siaga Virus Corona

Namun, bantuan itu tak kunjung datang, warga malah lebih menderita dari sebelumnya, merepa kehilangan pekerjaan sampai tak memiliki lagi tempat bernaung.

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Reuters, seorang perempuan meminum racun tikus tepat di depan gedung Kemeterian Keuangan pada pekan lalu.

Aksi bunuh diri ini merupakan bentuk protes atas lambannya bantuan pemerintah bagi warga miskin di Thailand yang terdampak lockdown.

Baca Juga: Seorang Bocah 13 Tahun Positif Covid-19, Sebelumnya Alami Ruam Kulit dan Mata Bengkak

Diketahui, perempuan yang meminum racun pada Senin, 27 April 2020 lalu, tengah memprotes proses panjang pendaftaran yang ia ajukan sebulan yang lalu, serta menuduh pemerintah mengabaikan permohonannya.

Juru Bicara Kementerian Keuangan mengungkapkan, perempuan yang tak disebutkan namanya itu, kini tengah menjalani masa pemulihan di rumah sakit dan akan menerima pembayaran pada Rabu, 29 April 2020.

Baca Juga: Aksi Protes Kekurangan APD, Dokter Jerman Ramai-ramai Unggah Pose Tanpa Busana

Sedangkan, Attachak Sattayanurak, seorang dosen di Universitas Chiang Mai dengan penelitian akademisnya tentang kaum miskin kota, telah membawanya bertemu dengan banyak warga Thailand yang mendaftar program bantuan itu.

Ia mengatakan bahwa kasus perempuan yang mengonsumsi racun itu merupakan simbol dari masalah yang jauh lebih besar.

"Upaya bunuh diri publik mencerminkan keputusasaan absolut dari satu orang biasa yang mencoba mengirim pesan bahwa pemerintah tidak melindungi rakyat kecil," ujarnya.

Baca Juga: Ilmuwan Tiongkok Klaim Virus Corona Sulit Diberantas dan Kemungkinan Jadi Virus Musiman

Sementara itu, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengatakan, dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa, 29 April 2020. Bahwa ia sangat menyadari perjuangan yang dihadapi warga, terutama mereka yang berpenghasilan rendah.

"Kami melindungi seluruh warga dari semua sektor, baik petani, pekerja lepas, pekerja formal atau informal," ujarnya.

Kelompok-kelompok bisnis memperkirakan bahwa 10 juta orang, atau 26 persen dari tenaga kerja negara itu, akan kehilangan pekerjaan jika wabah itu berlangsung beberapa bulan, terutama karena pembatasan pada sejumlah sektor, termasuk ritel dan konstruksi.

Baca Juga: Update Corona Dunia Rabu 29 April 2020: Vaksin Pulihkan Dunia, Hampir 1 Juta Jiwa Sembuh

Secara keseluruhan, 24 juta orang mengajukan permohonan bantuan kemanusiaan dan hingga pekan ini.

Bahkan 7,5 juta telah menerima pembayaran pertama dari tiga bulanan 5.000 baht atau setara Rp.2.390.000, kata Menteri Keuangan Uttama Savanayana.

Lebih lanjut, sebanyak 16 juta pendaftar dinilai memenuhi kriteria, namun hanya 10,6 juta dari mereka yang telah disetujui, sisanya masih dievaluasi.

Baca Juga: Perkirakan Lebih Berisiko, Ilmuwan Heran 28 Studi Tunjukkan Perokok Sulit Terkena Covid-19

Pada Selasa, 28 April 2020, pemerintah menambah jumlah maksimum pekerja yang dapat memperoleh bantuan hingga 16 juta dari 14 juta dan juga menjanjikan bantuan untuk 10 juta petani secara terpisah.

Kemudian, Thailand telah menjanjikan langkah-langkah senilai setidaknya 2,4 triliun baht atau $ 74,05 miliar, yang setara dengan lebih dari 14 persen dari PDB negara itu, untuk membantu individu dan bisnis yang terkena dampak pandemi.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler