Menyitir salah satu politisi Inggris bernama Paul Stratchan, Cinta Laura menyatakan bahwa kata-kata bisa memiliki kekuatan lebih dahsyat dari sebuah bom atom.
“Luka karena pisau bisa disembuhkan dengan obat, namun, luka di hati belum tentu ada obatnya,” ucap Cinta Laura.
Baca Juga: Digrebek Verrel Bramasta, 'Anak' Rizky Billar Tengah Anteng dengan Lesty Kejora?
“Waktu itu aku pindah ke Amerika, belajar di sana, memperdalam kemampuan akting di sana,” ujar Cinta Laura menyambung.
Di balik itu semua, Cinta Laura menyatakan itu adalah proses dirinya kabur dari kenyataan yang dirasakannya bertahun-tahun.
“Sempat aku berpikir untuk apa berada di suatu negara yang ingin menjatuhkan aku, menjelek-jelekkan aku, dan tidak bisa melihat value yang ada dalam diri aku,” tutur Cinta Laura.
Baca Juga: Sama-sama Wibu, Uus Bahas ‘Attack on Titan’, Deddy Corbuzier Kecewa: Terlalu Banyak Politik
Cinta Laura mengatakan ketika pulang kampung ke Indonesia selama menjalani masa studi di Amerika Serikat, dia terkena anxiety attack atau kecemasan berlebihan ketika berada di Indonesia.
Ini tidak terlepas dari pengalaman pahit dirinya yang pernah mengalami bullying.
“Sejak balik ke Indonesia, banyak ternyata anak-anak zaman sekarang yang berusia 0-18 tahun yang menggunakan bahasa Inggris, meskipun latar belakang keluarganya tidak seperti aku,” tutur Cinta Laura.