PR TASIKMALAYA - Gusti Muhammad Abdurrahman Bintang Mahaputra atau lebih dikenal dengan nama Bintang Emon kini kembali menjadi sorotan publik.
Pemain Stand Up Comedy muda yang seringkali merespon kebijakan dan keputusan pemerintah dengan kritik berbau humoris, kini kembali menjadi trending topic di twitter setelah mengomentari beberapa isu pemerintahan dan politik yang terjadi beberapa hari belakangan ini.
Salah satu hal yang ia komentari adalah program pembangunan Jurassic Park di Pulau Rinca yang secara terang-terangan dikritik bahkan ditolak oleh berbagai pihak.
Baca Juga: Film 'Story Of Kale' Tembus 100.000 Penonton di Hari Ke-3 Pemutarannya di Bioskop Online
Dalam salah satu cuitannya, Bintang Emon mengunggah sebuah foto viral Komodo yang menghadang truk pada akun Twitter pribadinya @bintangemon pada Senin 26 Oktober 2020.
”Ambil aja bos semuanya. Duitin semuanya. Kalimantan sawitin semuanya, bikin kaya yang punya duit. Pulau komodo bikin bangunan yg akan buat kaya investor yg gatau orang manatuh. Orang lokalnya biarin dapet duit dari kerja kasar aja. Ayo kerja kerja kerja,” tulisnya,
Selain itu, dala akun Twitter pribadinya tersebut terdapat beberapa tweet lain yang diindikasikan sebagai kritik dan tanggapan terhadap isu-isu politik yang terjadi.
Dalam unggahannya ia juga menuliskan sindiran pedas terhadap isu politik dinasti yang kini sedang menjadi kontroversi di kalangan masyarakat.
Baca Juga: Liburan Ke Puncak Bogor? Siap-Siap Rapid Test dan Terapkan Prokes atau Denda 100 Ribu
"'Anak kecil sok tau banget ngomongin soal politik' Lah mending gua cuma ngomongin. Noh anak lu, dipaksain banget masuk politik,” tulisnya.
Melihat unggahan tersebut, terdapat beberapa netizen yang turut mengomentarinya.
“Anak kecil lagi ngomel ngomel... Bisa beud dah nyari Pansos. Bintang kecil di langit yang BIRU... Amat banyak kayak saldonya...” tulis pemilik akun @Ne_Ir_Cloud.
Geram dengan tanggapan tersebut, Bintang Emon kembali menulis, pada akun Twitternya.
“Iya bang. Kaga boleh ngomentarin isu memang. Kita kan harusnya diem aja ya. Selalu setuju. Toh pemerintah gapernah salah kan ya bang? Jadi gaboleh dikritisi kan? Tugas kita cuma bayar pajak dari kerja keras kita, duitnya diapain kita harus tutup mata. Percaya aja ama pemerintah,” tulisnya.
Baca Juga: Geram Pernyataan Macron Terhadap Islam, Fadli Zon: Mari Kita Boikot Produk-Produk Perancis
Selain itu, dalam tweet lainnya Ia juga menambahkan kritik pedas terhadap kondisi krisis demokrasi hari dimana tokoh serta masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi serta kritiknya justru dihimbau untuk bungkam dan tidak membuat kegaduhan serta berpolemik.
“Udeh, kita gausah ngikutin politik lah. Gausah kritis. Kita hanya remah-remah yang diminta suaranya 5 tahun sekali. Abis itu selama 5 tahun disarankan tidak bersuara. Fokus kerja aja ampe tipes. Biar kalo pajak dinaikin bayarnya ga berasa. Ya walaupun hasilnya juga ga berasa,” tambahnya.
Sebelumnya, Bintang Emon juga menjadi salah satu public figure yang cukup okal dalam menyuarakan kritik dengan gaya humornya. Ia sempat iral dan menjadi bahan perbincangan publik karena kritiknya terhadap situasi pandemi, kejanggalan kasus penyiraman penyidik KPK Novel Baswedan dan isu politik dan pemerintahan kontroversi lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, Rocky Gerung bahkan sempat menilai bahwa sosok Bintang Emon sangat cocok untuk menjadi Staff Ahli KSP.
Baca Juga: Warganet Dihebohkan Kabar Melania Trump Punya Kembaran dan Menggantikan untuk Temani Donald Trump
Dalam tayangan video yang diunggah Rocky Gerung dalam akun YouTube pribadinya beberapa waktu silam, terlihat Rocky menayangkan cuplikan video Bintang Emon yang menyampaikan kritiknya terhadap pemerintah karena tidak mendengarkan suara rakyat dan cenderung ‘cuci tangan” atas kebijakannya.
Dalam video tersebut, Rocky menyampaikan, "Saya bayangkan kalau juru bicara presiden atau KSP itu kayak Emon IQ nya, itu bisa publik sapu aja dengan joke semacam itu selesai. Orang gak ada yang bikin tegang sebetulnya, jadi kita perlu dorong Emon supaya jadi asisten khusus Pak Moeldoko," ujar Rocky yang langsung disambut persetujuan Hersubeno yang menjadi lawan diskusinya.
***